Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Badai Equinox Sebabkan Kenaikan Suhu Panas di Indonesia

Kompas.com - 18/05/2020, 13:44 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Cuaca panas disebut dirasakan di sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir.

Kondisi ini pun memunculkan pertanyaan dari masyarakat terkait fenomena apa yang tengah terjadi dan menyebabkan cuaca tersebut.

Sebuah kabar peringatan tentang Badai Panas Equinox pun muncul belakangan. 

Baca juga: Fenomena Equinox di Mesir, Saat Matahari Terbenam di Bahu Sphinx

Narasi yang beredar

Pertanyaan seputar fenomena ini juga disampaikan melalui warganet di media sosial seperti Twitter.

"Di luar lagi badai matahari apa gmn sih? Panas bgt ya Allah :(" tulis akun @vinindya

"Hawa panasnya luar biasa, ya Allah. Bener ga sih ini gara2 badai equinox apa lah itu?" tanya akun @Desnonk

Namun, benarkah cuaca panas ini disebabkan oleh Badai Panas Equinox?

Baca juga: Peringatan Badai Panas Equinox di Indonesia Hoaks, Ini Penjelasan BMKG

Penjelasan BMKG

Melalui akun Twitter resminya di @InfoHumasBMKG, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah informasi tersebut.

"Dapat dikatakan bahwa isu tersebut adalah hoaks dan tidak dapat dipertanggung jawabkan," tulis PLT Deputi Bidang Meteorologi BMKG Herizal dalam keterangan melalui akun resmi tersebut.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (18/5/2020), Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana pun membenarkan bantahan yang disampaikan melalui media sosial resmi BMKG atas kabar peringatan Badai Equinox tersebut.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Fenomena Equinox Sebabkan Suhu Naik, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena Equinox sendiri bukanlah fenomena badai panas ataupun gelombang panas (heat wave) yang sering terjadi di daerah lintang menengah dan tinggi seperti di India, Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa.

Sementara itu, yang dimaksud dengan fenomena gelombang panas adalah di mana suhu udara lebih panas dari 5 derajat dari ambang batas suhu normal suatu wilayah. Hal itu disebabkan oleh munculnya anomali sistem cuaca tekanan tinggi yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu.

Adapun fenomena Equinox merupakan salah satu fenomena astronomi. Saat fenomena ini terjadi, posisi semu matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa.

"Fenomena Equinox dapat terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September setiap tahunnya," kata Herizal.

Baca juga: Fenomena Equinox Mungkin Ada di Balik Pembangunan Piramida Giza

Secara umum, suhu rata-rata di wilayah Indonesia saat periode Equinox terjadi adalah berkisar antara 32 hingga 36 derajat celsius.

"Pada bulan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di belahan bumi utara (BBU), sehingga dapat dikatakan bahwa fenomena Equinox tidak terjadi lagi hingga periode pertengahan September mendatang," jelas Herizal.

Untuk itu, dapat dikatakan bahwa kabar peringatan Badai Equinox yang tersebar adalah tidak benar.

BMKG pun mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari fenomena equinox sebagaimana disebutkan dalam kabar yang beredar.

"Masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas pada siang hari, terlebih bagi yang sedang menjalankan puasa dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," imbau BMKG.

Baca juga: Saat Equinox, Kepulauan Bangka Belitung Justru Lembab Berawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com