Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ITB dan Unpad Kembangkan Alat Pendeteksi Covid-19 Bernama SPR, seperti Apa Cara Kerjanya?

Kompas.com - 17/05/2020, 11:43 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Univeristas Padjajaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandund (ITB) menciptakan alat untuk mendeteksi Covid-19 yakni Suspected Plasmonic Resonance (SPR).

Informasi ini disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, melalui akun Twitter-nya, @ridwankamil pada Kamis (14/5/2020).

"Unpad & ITB juga berhasil menciptakan alat deteksi covid lainnya dalam bentuk mesin seperti PCR yang disebut SPR (Suspected Plasmonic Resonance). Lebih murah dan tidak perlu lab khusus," tulis Emil dalam twitnya.

Emil juga menginformasikan bahwa Industri Bioteknologi Jawa Barat memproduksi rapid test antigen Covid-19 dengan tingkat akurasi mencapai 80 persen.

Bagaimana cara kerja SPR?

Dosen peneliti di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan bioinformatika Unpad, Muhammad Yusuf, Ph.D, mengungkapkan, SPR berfungsi sebagai pendeteksi adanya kemunculan Covid-19.

"Secara umum ini adalah metode pengukuran yang dapat mengukur interaksi antara kedua molekul dan kelebihannya dengan metode lain yakni tidak perlu dengan penandaan (label free). Kadang kita harus menggunakan senyawa resensi," ujar Yusuf saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

Ia menjelaskan, alat SPR ini sebelumnya digunakan di perusahaan-perusahaan discovery obat-obatan.

Melalui alat SPR, peneliti dapat mengukur seberapa kuat interaksi antar dua molekul.

"Terkait dengan deteksi Covid ini, sebenarnya alat SPR di dunia belum ada yang digunakan untuk mengukur adanya infeksi," ujar Yusuf.

"Karena memang diperuntukkan untuk itu, dan harganya sangat mahal sekali, tapi namanya teknologi kemudian dikembangkan," lanjut dia.

Menurut dia, harga yang ditaksir dari alat SPR ini berkisar antara Rp 200-300 juta per buah.

Lebih jauh, Yusuf menjelaskan, SPR berfungsi melihat interaksi dua molekul. Dalam aplikasi Covid, molekul yang dimaksud adalah virusnya.

Kemudian, dideteksi apakah virus ini bisa berinterkasi dengan antibodi.

Yusuf menjelaskan, alat SPR yang ditempelkan dengan antibodi pada bagian kaca berlapis emas akan diinjeksikan ke sampel yang ada virusnya.

Jika terjadi interaksi antara virus dengan antibodi, maka akan ada perubahan sinyal yang dapat diketahui melalui monitor.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com