Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 942 Kasus Baru, Singapura Catatkan Angka Infeksi Harian Tertinggi, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 19/04/2020, 09:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan Singapura mengkonfirmasi 942 infeksi baru virus corona pada Sabtu (17/4/2020) dan sebagian besar berasal dari pekerja migran yang tinggal di asrama.

Angka itu menjadi jumlah yang terbesar sejak laporan pertama virus corona di Singapura.

Dilansir dari Reuters, kementerian juga melaporkan penurunan kasus lokal dengan 14 warga Singapura dan penduduk tetap di antara kasus baru yang dilaporkan itu.

Meski demikian, virus corona menyebar dengan cepat di antara komunitas pekerja migran. Pihak berwenang pun telag meningkatkan pengujian untuk komunitas itu.

Kasus-kasus baru itu menjadikan total kasus infeksi di Negeri Merlion mencapai 5.992 dengan 11 kematian, tertinggi ketiga di Asia Tenggara setelah Indonesia dan Filipina.

Baca juga: Kisah-kisah Aksi Solidaritas Saat Pandemi Covid-19 di Indonesia

Mengapa banyak tenaga migran terinfeksi?

Ada sekitar 323.000 pekerja migran berupah rendah di Singapura. Mereka tinggal di 43 asrama dengan masing-masing dihuni lebih dari 1.000 orang, 1.200 asrama yang disediakan oleh pabrik, dan di tempat tinggal sementara.

Infeksi pekerja migran pertama kali dilaporkan pada 8 Februari dan menimpa seorang pria Bangladesh berusia 39 tahun yang bekerja di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights.

Pria itu telah mengunjungi Mustafa Centre, pusat perbelanjaan 24 jam, sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit. Tempat kerjanya, Seletar Aerospace Heights pun menjadi klaster baru dengan beberapa infeksi.

Klaster asrama pertama diidentifikasi pada 30 Maret dengan empat infeksi di asrama S11. Sejak saat itu, kasus-kasus di antara para pekerja yang tinggal di asrama tersebut meningkat dengan cepat menjadi lebih dari 3.000, atau sekitar 60 persen dari semua kasus di Singapura.

Menteri Tenaga Kerja Singapura Josephine Teo mengaitkan penyebaran cepat ini dengan pekerja yang bersosialisasi di asrama pada hari libur mereka.

"Mereka mungkin memasak bersama, makan bersama, dan santai bersama," kata Teo, dilansir dari SCMP.

Pihak berwenang telah mengidentifikasi Mustafa Centre yang populer di kalangan pekerja migran, penduduk setempat, dan turis, sebagai titik awal penyebaran penyakit ini di kalangan pekerja.

Baca juga: Saat Lockdown Corona, Warga Miskin di Vietnam Dibantu Melalui ATM Beras

Tiga Strategi Pemerintah

Pekerja konstruksi asing terlihat melambaikan tangan dari asrama mereka S11 di Punggol, Singapura Utara, Senin (06/04/2020).AFP/ROSLAN RAHMAN Pekerja konstruksi asing terlihat melambaikan tangan dari asrama mereka S11 di Punggol, Singapura Utara, Senin (06/04/2020).

Teo juga mengatakan bahwa negaranya akan mengadopsi tiga strategi guna memutus rantai penyebaran virus corona di asrama itu.

"Dengan jumlah kasus di asrama terus meningkat, prioritas utama kami untuk para pekerja di asrama adalah untuk membantu mereka tetap sehat dan meminimalkan jumlah yang terinfeksi," tulisnya di Facebook.

Pemerintah juga akan mengunci asrama itu dengan menetapkan 12 dari 43 asrama sebagai zona isolasi.

Selain itu, pemerintah juga menguji ribuan pekerja dalam sehari untuk mengidentifikasi dan kemudian mengisolasi mereka yang terinfeksi.

Langkah kedua adalah mencegah pembentukan kluster di asrama lain, kata Teo, dengan mengisolasi pekerja yang dites positif terkena virus dan pernah melakukan kontak dekat mereka.

Pendekatan ketiga melibatkan relokasi sekitar 7.000 pekerja ke fasilitas terpisah, seperti kamp militer, pusat pameran, hotel, dan perumahan kosong.

Baca juga: Pandemi Corona, Arab Saudi: Shalat Tarawih dan Shalat Idul Fitri Dilakukan di Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com