Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dites pada Tikus, Vaksin Peneliti AS Diklaim Memicu Kekebalan dan Antibodi Virus Corona

Kompas.com - 05/04/2020, 11:17 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 telah menginfeksi 1,2 juta warga dunia, hingga saat ini. Para ilmuwan dan ahli kesehatan berusaha membendung wabah ini dengan mengembangkan vaksin virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. 

Salah satunya vaksin yang saat ini sedang dikembangkan oleh peneliti AS. Dilansir South China Morning Post(4/4/2020), vaksin tersebut telah diujicobakan ke tikus dan peneliti menemukan reaksi antibodi yang tinggi terhadap virus corona.

Para peneliti di University of Pittsburgh mempublikasikan penelitian itu dalam Ebio Medicine, jurnal peer review yang diterbitkan oleh The Lancet.

Baca juga: Viral di Media Sosial, Ini Cerita Awal Mula Munculnya Dalgona Coffee

Uji coba tikus

Meskipun vaksin tersebut baru diujicobakan ke tikus percobaan, tapi hasilnya dinilai sangat baik. Vaksin ini diklaim dapat memacu sistem kekebalan hewan untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Covid-19.

Dilansir WebMD (2/4/2020), menurut salah satu peneliti senior dalam penelitian tersebut Dr. Louis Falo mengatakan, penelitian tersebut masih dalam tahap pengembangan awal dan masih banyak yang harus dilakukan.

Tetapi jika vaksin terbukti aman dan efektif pada manusia, itu akan memiliki beberapa keuntungan. Vaksin itu sendiri merupakan kombinasi dari teknologi lama dan baru. Cara menyuntikkannya sama seperti suntikan flu.

Kelebihan vaksin

Sementara itu, vaksin tersebut juga dinilai praktis dalam proses pengirimannya.

Falo menjelaskan vaksin tersebut akan menggunakan sepetak kecil "microneedles" yang seluruhnya terbuat dari protein virus dan gula. 

Karena tidak memerlukan pendinginan, vaksin disebut dapat diproduksi secara cepat. Berbeda dengan vaksin konvensional.

Lebih lanjut profesor manajemen kebijakan kesehatan di City University of New York (CUNY) Dr. Bruce Y. Lee menjelaskan, vaksin yang tidak memerlukan pendinginan akan lebih mudah didistribusikan dalam skala besar.

Dalam kondisi pandemi saat ini, menurut Lee hal itu akan sangat menguntungkan.

Profesor kedokteran molekuler di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell Ruth Collins mengatakan teknologi pengiriman vaksin tim peneliti Pittsburgh memiliki keunggulan dibanding ribuan kandidat vaksin Covid-19 lain.

Baca juga: Pesan Anak-anak Australia di Tengah Pandemi Virus Corona...

Pembuktian uji coba manusia

Sementara itu tantangan yang akan dihadapi selanjutnya adalah membuktikan vaksin itu berhasil pada manusia, tak hanya pada tikus.

Selama ini banyak perusahaan dan tim peneliti akademis berlomba mengembangkan vaksin melawan coronavirus.

Mereka mengambil berbagai pendekatan. Beberapa vaksin dirancang bekerja secara konvensional.

Ada yang memaparkan tubuh pada virus yang tidak aktif atau protein dari virus untuk melatih sistem kekebalan tubuh melawan patogen yang sebenarnya.

Ada juga yang mengembangkan dengan teknologi baru menggunakan bahan genetik yang disintesis dari virus.

Baca juga: Apa Itu Herd Immunity dan Mengapa Berisiko Tinggi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com