Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan: Antraks Dapat Dikendalikan melalui Vaksinasi

Kompas.com - 04/02/2020, 19:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Petugas Gabungan Merazia Kendaraan Pengangkut Ternak di di pos pantau lalu lintas ternak di Wilayah Semuluh, Semanu, Senin, (20/1/2020) pagi.KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Petugas Gabungan Merazia Kendaraan Pengangkut Ternak di di pos pantau lalu lintas ternak di Wilayah Semuluh, Semanu, Senin, (20/1/2020) pagi.

KOMPAS.com - Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa penyakit antraks adalah penyakit yang dapat dikendalikan melalui vaksinasi yang rutin dan terencana.

Karena itu program vaksinasi menjadi prioritas yang harus dilakukan oleh dinas peternakan untuk menangani antraks. 

"Saat ini sudah tidak ada kasus antraks pada hewan, dan masyarakat yang diduga tertular antraks sudah diobati dan sembuh," jelas dia dikutip dari situs ditjennak, Selasa (4/2/2020).

Selain itu, Diarmita menyebut pihaknya telah memberi bantuan untuk menangani kasus antraks seperti yang terjadi di Gunungkidul dengan mengirimkan 5.000 dosis vaksin, antibiotik, antihistamin, vitamin, desinfektan, alat pelindung diri, dan sprayer.

"Bantuan ini merupakan tambahan, sebelumnya kita juga telah mengirimkan vaksin dan obat-obatan pendukung untuk pencegahan dan pengendalian antraks di Gunungkidul," kata dia. 

Baca juga: Sempat Mewabah di Gunungkidul, Ini Bahaya Virus Antraks bagi Manusia dan Hewan Ternak

Daging hewan

Salah satu aspek yang paling terpengaruh dengan adanya wabah antraks seperti di Gunungkidul, Yogyakarta, adalah keberlangsungan perdagangan daging hewan ternak di pasar-pasar.

Antraks yang banyak menyerang pada sapi dan kambing sempat membuat masyarakat khawatir untuk mengonsumsi daging hewan yang mungkin saja berpotensi mengandung bakteri dan membahayakan kesehatan.

Berdasarkan pernyataan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Johan Eko Sudarto, omset penjualan daging di pasar-pasar Gunungkidul mengalami penurunan sejak antraks terdeteksi di akhir Desember 2019.

"Iya, omset pedagang daging turun hampir sampai dengan 50 persen," kata Johan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/2/2020).

Dalam hal ini Pemkab tidak memberlakukan larangan bagi masyarakat untuk menjual ataupun membeli daging sapi di pasaran.

Hanya saja masyarakat diminta untuk benar-benar waspada dan memastikan daging yang mereka jual-belikan merupakan daging yang berasal dari hewan yang sehat.

Baca juga: 60 Ternak di Gunungkidul Mati Mendadak Sejak Desember 2019, 6 karena Antraks

Sosialisasi

Untuk mengantisipasi adanya pedagang nakal yang menjual daging yang berasal dari ternak yang terinfeksi antraks, Disperindag telah mengeluarkan surat perintah pada semua mantri pengelola pasar di seluruh wilayah Gunungkidul.

"Disperindag sudah mengeluarkan surat perintah ke 8 mantri pengelola pasar seluruh Gunungkidul untuk melakukan sosialisasi surat edaran bupati terkait antisipasi ke seluruh pedagang daging, baik sapi dan kambing," jelas Johan.

"Juga himbauan kepada pedagang daging untuk memperjualbelikan daging yang sehat, menghindari dan menolak daging yang bersumber dari hewan yang sudah mati," tambahnya.

Meskipun terjadi penurunan omset, akan tetapi Johan optimis laju perdagangan daging di Gunungkidul akan kembali normal ketika wabah sudah teratasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com