Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Kompas.com - 18/05/2024, 12:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, "tunggal" berarti satu, dan "ika" berarti itu.

Dapat diartikan, Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi tetap satu.

Para pendiri bangsa sepakat menetapkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia.

Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang terdiri atas beragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan.

Berikut ini asal-usul semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan sejarahnya ditetapkan sebagai semboyan NKRI.

Baca juga: Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika

Asal-usul konsep Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditemukan pada era Kerajaan Majapahit.

Konsep Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14.

Kitab Sutasoma disusun oleh Mpu Tantular pada masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, yang membawa Majapahit pada kejayaannya.

Dalam Sutasoma, Mpu Tantular menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan titik temu bagi berbagai agama yang ada di Nusantara.

Karya ini mengajarkan tentang toleransi beragama, khususnya bagi pemeluk agama Hindu dan Buddha yang hidup pada zaman Majapahit.

Frasa Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Kitab Sutasoma pupuh 139 bait 5, berikut bunyinya.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen
Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Baca juga: Apakah Surya Majapahit Lambang Kerajaan Majapahit?

Dalam bait tersebut dikatakan bahwa meskipun Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan dua zat yang berbeda, tetapi dapat dikenali. Sebab kebenaran Buddha dan Siwa (Hindu) adalah tunggal.

Meski terpecah belah (berbeda) tetapi satu juga, sebab tidak ada kerancuan dalam kebenaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com