KOMPAS.com - The Great Depression atau disebut juga Depresi Besar adalah peristiwa krisis ekonomi yang melanda dunia antara 1929 hingga 1939.
Awalnya, The Great Depression terjadi di Amerika Serikat kemudian menyebar ke berbagai negara lainnya.
Peristiwa ini berlangsung selama kurang lebih satu dekade, yang menyebabkan terjadinya krisis moneter.
Bahkan disebut-sebut The Great Depression merupakan krisis moneter terparah dalam sejarah.
Lantas, apa dampak The Great Depression pada perekonomian dunia?
Dampak The Great Depression pada perekonomian dunia adalah:
Dipicu oleh suku bunga rendah, naiknya dividen saham dan tabungan personal membuat orang-orang berbondong-bondong membeli saham dan kemudian menggunakan saham tersebut untuk membeli lebih banyak saham lagi.
Akibatnya, pinjaman para pialang saham melonjak dari sekitar 5 juta dolar pada 1928 menjadi 850 juta dolar pada September 1929.
Baca juga: The Great Depression, Krisis Ekonomi Terparah dalam Sejarah
Karena khawatir angkanya akan melonjak lebih tinggi, Bank Sentral AS berusaha membatasi pembelian saham dengan cara menaikkan suku bunga, sehingga makin mahal bagi orang-orang untuk meminjam uang.
Akan tetapi, naiknya suku bunga ternyata mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengurangi pengeluaran, produksi, dan pekerjaan.
Pada titik itu, harga saham jauh lebih tinggi dari nilai sebenarnya, sehingga mengakibatkan kehancuran besar pada pasar saham yang berpusat di New York Stock Exchange di Wall Street di New York City.
Hanya dalam hitungan bulan, di AS tercipta jutaan pengangguran dan semakin banyak pula bank yang bangkrut.
Pemerintah dan para ekonom pada saat itu percaya bahwa depresi besar akan berhenti dengan sendirinya.
Bagi mereka, sudah sepatutnya perusahaan-perusahaan dan bank-bank mengalami kebangkrutan.
Ketika mereka sudah benar-benar bangkrut, maka sumber daya akan digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang masih berjaya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya.