Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latar Belakang Perlawanan PETA di Blitar terhadap Jepang

Kompas.com - 12/06/2023, 06:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Menurut catatan sejarah, Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun, terhitung sejak tahun 1942 hingga 1945.

Selama Jepang berada di Indonesia, rakyat pribumi telah mengalami kesengsaraan yang hebat.

Hal inilah yang kemudian mendorong rakyat melakukan perlawanan.

Bahkan Pembela Tanah Air (PETA) yang berada di bawah kontrol Jepang ikut memberontak.

Sebab, perwira PETA sering direndahkan oleh Jepang. Salah satu perlawanan yang dilakukan PETA terjadi di Blitar.

Baca juga: Supriyadi, Pemimpin Perlawanan PETA di Blitar

Adanya kebijakan Romusha

Romusha atau sistem kerja paksa adalah kebijakan yang diterapkan Jepang dengan tujuan untuk memperbaiki perekonomian dan membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Kebijakan romusha telah berlangsung selama Jepang menduduki Indonesia, tahun 1942 hingga 1945.

Latar belakang diterapkannya kebijakan romusha berawal pada masa Perang Asia Timur Raya, di mana Jepang membutuhkan tenaga bantuan untuk mengerjakan sejumlah pembangunan, seperti kubu pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara di Indonesia.

Oleh sebab itu, Jepang mengerahkan tenaga rakyat pribumi untuk membantu mereka menyelesaikan proyek tersebut.

Selama Jepang menerapkan romusha, banyak rakyat pribumi yang sengsara dan tersiksa.

Sebab, para tenaga kerja romusha diminta untuk mengerjakan semua proyek pembangunan yang sedang dijalankan oleh Jepang.

Banyak di antara mereka yang menderita kelaparan hingga meninggal akibat kelelahan.

Tidak hanya itu saja, para petani juga dipaksa oleh Jepang untuk menjual padinya kepada kumiai (organisasi pembeli padi) melebihi jatah yang ditentukan.

Peristiwa ini diketahui oleh para perwira PETA yang saat itu baru selesai melakukan latihan militer.

Apabila penjualan padi secara paksa tetap dilakukan, maka para petani terancam akan mengalami kelaparan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com