KOMPAS.com - Kisah sekte sesat cukup sering diangkat menjadi film dan drama Korea.
Faktanya, di Korea Selatan memang banyak berdiri sekte sesat yang berlandaskan berbagai agama.
Menurut pakar kultus dan profesor di Universitas Presbyterian Busan, Tark Ji Il, sulit untuk mengetahui angka pasti sekte yang ada di Korea Selatan, tetapi jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan.
Dari ratusan sekte tersebut, tidak sedikit di antaranya telah dikenal menyampaikan ajaran yang menyimpang atau sesat, bahkan terjerat kasus hukum.
Lantas, mengapa sekte sesat bisa tumbuh subur di Korea Selatan?
Baca juga: Mengapa Orang Korea Selatan Banyak yang Percaya Sekte Sesat?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekte adalah kelompok orang yang mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut.
Seorang ahli Evangelikalisme di Korea dari Brite Divinity School di Texas, Timothy Lee, mengatakan bahwa tidak semua sekte masuk kategori menyimpang dan sesat.
Berdasarkan pengamatannya, sesat tidaknya suatu sekte dapat dinilai dari tiga kriteria, yaitu:
Sekte sesat di Korea Selatan biasanya juga terindikasi terlibat dalam penipuan, pencucian otak, pemaksaan, kejahatan seksual, dan aktivitas-aktivitas lain yang terkait dengan kultus di seluruh dunia.
Baca juga: Gereja Mormon: Sejarah, Kontroversi, dan Bedanya dengan Protestan
Salah satu sekte sesat di Korea Selatan yang terkenal dan pemimpinnya terbukti melakukan kejahatan seksual terhadap anggotanya adalah Providence atau Jesus Morning Star (JMS), yang didirikan pada 1980.
Pada awal 2009, pendiri JMS yang bernama Jeong Myeong-Seok dihukum 10 tahun penjara karena terbukti melakukan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap empat perempuan anggota JMS.
Jeong Myeong-Seok dilaporkan memberi doktrin kepada korbannya bahwa dosa-dosa mereka dapat dibersihkan dengan berhubungan seksual dengannya.
Dalam khotbahnya, Jeong Myeong-Seok mengklaim dirinya sebagai messiah atau wakil Tuhan dan menafsirkan ajaran Kristen sesuai versinya sendiri.
Pada awal Maret 2023, Netflix merilis serial dokumenter berjudul In The Name of God: A Holy betrayal, yang mengulas tentang empat aliran sesat di Korea Selatan, salah satunya JMS.
Serial dokumenter tersebut menampilkan kesaksian para mantan anggota JMS yang menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan Jeong Myeong-Seok sejak 1980-an.
Baca juga: Faktor Munculnya Reformasi Gereja