Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa di Korea Selatan Ada Banyak Sekte Sesat?

Kompas.com - 13/03/2023, 22:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Jeong Myeong-Seok disebut pernah mengatakan ingin memperkosa 10.000 perempuan dan diperkirakan telah melakukannya kepada lebih dari 100 perempuan anggota JMS.

Bahkan ketika menjalani masa tahanannya antara 2009 hingga 2018, Jeong Myeong-Seok kerap meminta anggota perempuan JMS untuk mengunjunginya di penjara.

Korban Jeong Myeong-Seok tidak hanya dari Korea Selatan, ada yang dari China, Hong Kong, dan Australia.

Pada Oktober 2022, Jeong Myeong-Seok kembali dilaporkan karena telah melakukan pemerkosaan terhadap dua anggota JMS dari Hong Kong dan Australia, setelah bebas dari penjara pada 2018.

Mantan anggota JMS yang menjadi pemimpin grup anti-JMS, Kim Do Hyung, dalam dokumenter In the Name of God mengungkap harapannya agar Jeong Myeong-Seok dihukum lebih lama dari sebelumnya.

Selama hampir 30 tahun mendedikasikan hidupnya untuk mencari para korban, Kim Do Hyung mengatakan bahwa Jeong Myeong-Seok tidak memandang usia korbannya.

Dari banyaknya korban pelecehan seksual Jeong Myeong-Seok yang memilih bungkam, ada di antaranya yang masih duduk di sekolah dasar.

Baca juga: Reformasi Protestan, Pecahnya Agama Kristen Menjadi Beberapa Aliran

Asal-usul ajaran sesat di Korea

Selain JMS, Gereja Unifikasi merupakan salah satu sekte terkenal dan terbesar di Korea Selatan yang memiliki anggota di beberapa negara, termasuk di Jepang dan Amerika Serikat.

Gereja Unifikasi, yang terseret kasus pembunuhan eks PM Jepang Shinzo Abe pada 2022, juga pernah menghadapi tuduhan pencucian otak terhadap anggotanya, tetapi mengelak.

Meski sekte-sekte di Korea Selatan kerap menimbulkan kontroversi, eksistensi mereka terus tumbuh.

Melansir The Diplomat, sekte-sekte sesat di Korea Selatan umumnya memiliki kesamaan.

Sekte-sekte tersebut didirikan di antara tiga periode sejarah Korea Selatan yang cukup traumatis, yakni pada masa pendudukan Jepang, Perang Korea (1950-1953), dan periode kediktatoran militer (1970-an hingga 1980-an).

"Tepat setelah tahun 1931, masyarakat Korea merasa sulit untuk lepas dari pendudukan Jepang, sehingga mereka memusatkan perhatian pada Yesus Kristus yang menderita dan mati di kayu salib. Jadi ini semacam mistisisme (pengalaman batin)," kata Tak Ji Il seperti dikutip Kompas.com dari The Diplomat, Senin (13/3/2023).

Baca juga: Agama Apa Saja yang Ada di Korea Selatan?

Pada masa pendudukan Jepang hingga Perang Korea (1950-1953), kehadiran sebuah sekte menjadi pelipur lara dan dirasa menghargai penderitaan masyarakat di tengah situasi saat itu yang serba tidak stabil dan penuh kesengsaraan.

Dalam buku The Koreans: Who They Are, What They Want, Where Their Future Lies, jurnalis Michael Breen melaporkan bahwa pada awal 1960-an, di Korea Selatan terdapat sekitar 70 orang yang mengaku sebagai messiah dan telah memiliki pengikut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com