KOMPAS.com - Konflik Irlandia Utara merupakan sebuah peristiwa dalam sejarah dunia yang melibatkan Inggris.
Konflik ini bermula dari kaum Protestan Inggris yang pindah ke Irlandia Utara dan menimbulkan diskriminasi terhadap masyarakat Katolik setempat.
Konflik Irlandia Utara ini juga dikenal dengan sebutan The Troubles dan terjadi sejak abad ke-18.
Adapun The Troubles merupakan rangkaian pertumpahan darah di Irlandia yang dikisahkan sebagai perang antara kubu Protestan dan Katolik.
Pokok permasalahan dalam konflik ini adalah kesenjangan antara dua kelompok dan status konstitusional Irlandia Utara.
Baca juga: Sejarah Dunia: Latar Belakang Konflik Irlandia Utara
Kelompok yang diwakili serikat pekerja dan Protestan menghendaki agar Irlandia Utara tetap menjadi bagian dari Kerajaan Inggris.
Puncak The Troubles adalah protes pada hari Minggu yang berujung terbunuhnya sejumlah demonstran. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Bloody Sunday.
Sementara itu, kubu minoritas yang terdiri dari nasionalis dan kelompok Katolik, ingin Irlandia Utara lepas dari Inggris dan menjadi negara sendiri.
Konflik Irlandia Utara baru mulai mereda setelah ditandatanganinya sebuah perjanjian pada 1985.
Setelah tiga dekade berseteru, konflik di Irlandia Utara akhirnya resmi berakhir pada 2005.
Konflik yang terjadi antara Irlandia Utara dan Inggris berakhir dengan perjanjian Anglo-Irish Agreement.
Perjanjian itu ditandatangani pemerintah Inggris dan Irlandia Utara pada 1985.
Anglo-Irish Agreement memberikan Republik Irlandia peran konsultatif dalam menjalankan pemerintahan sendiri.
Kemudian, pada akhir 1993, tepatnya pada Desember, pemerintah Inggris dan Irlandia Utara mendeklarasikan peraturan terkait politik untuk mengakhiri konflik.
Gencatan senjata antara tentara Irlandia (IRA) dan Kelompok Paramiliter Loyalis Inggris terjadi pada 1994.
Baca juga: The Trouble, Konflik Berdarah di Irlandia Utara
Deklarasi tersebut kemudian menimbulkan perdamaian di Irlandia untuk pertama kalinya sejak tahun 1960-an.
Kemudian, pada tahun 2005, IRA menyatakan bahwa perjuangan bersenjata selesai dengan menghancurkan seluruh senjata yang dimilikinya.
Hal itu menjadi tanda bahwa Inggris dan Irlandia mulai damai.
Referensi: