KOMPAS.com - Nuku Muhammad Amiruddin adalah Sultan Tidore yang membebaskan kerajaannya dari pengaruh Belanda.
Sejak 1780-an, Nuku melancarkan perlawanan terhadap Belanda yang berlangsung hingga akhir hayatnya.
Untuk mengenang keberanian dan kegigihannya dalam berjuang melawan Belanda, Sultan Nuku dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional.
Lantas, mengapa Nuku melancarkan perlawanan terhadap Belanda?
Baca juga: Nuku Muhammad Amiruddin: Masa Muda, Perjuangan, dan Pertempuran
Nuku adalah putra dari Sultan Jamaluddin, penguasa Kerajaan Tidore periode 1757-1779.
Pada masa pemerintahan Sultan Jamaluddin, Belanda ingin membentuk kerja sama dan mendirikan kantor dagang di Tidore, tetapi tidak diizinkan.
Oleh karena itu, Sultan Jamaluddin diasingkan oleh Belanda ke Batavia atau Jakarta.
Menyusul pengasingan Sultan Jamaluddin, Nuku, yang merupakan putra mahkota, dinobatkan sebagai Sultan Tidore pada 13 April 1779.
Untuk melancarkan kepentingannya, Belanda segera mengangkat Patra Alam, yang bukan berasal dari garis keturunan pewaris takhta.
Akibat tekanan yang ada, Belanda mengangkat adik Nuku, Kamaluddin, sebagai sultan.
Hal itulah yang membuat Nuku melancarkan perlawanan terhadap Belanda, karena tidak senang dengan intervensi VOC dalam pengangkatan penerus Kerajaan Tidore.
Baca juga: Hubungan Kerajaan Ternate dan Tidore dengan Ulama dari Gresik
Nuku memilih menyingkir dari kerajaan untuk membangun armada kora-kora di Seram dan Papua dengan pusat pertahanan di Seram Timur.
Pada 1787, Belanda menyerbu Seram Timur untuk menggempur pertahanan Nuku.
Meski basis pertahanannya berhasil direbut Belanda, Nuku lolos dan mengalihkan kedudukannya di Pulau Gorong.
Di tempat itulah Nuku menyusun strategi perlawanan baru guna merebut takhta dan mengusir Belanda dari Tidore.