KOMPAS.com - Manusia purba pada masa prasejarah atau praaksara telah mengenal konsep kepemimpinan.
Konsep kepemimpinan pada masa prasejarah ditandai dengan adanya seorang ketua suku yang dipilih berdasarkan aturan primus inter pares.
Primus inter pares berasal dari bahasa Latin dengan arti "pertama di antara yang sederajat".
Baca juga: Pembagian Zaman Prasejarah di Indonesia
Dengan demikian, pemimpin atau ketua suku dalam masyarakat prasejarah, adalah orang yang memiliki kelebihan dari manusia purba-manusia purba lainnya.
Konsep kepimpinan dalam masyarakat prasejarah muncul sejak masa perundagian atau Zaman Logam yang merupakan periode akhir praaksara.
Pada masa perundagian, manusia purba sudah hidup bercocok tanam dengan berladang dan mengolah sawah.
Periode ini juga disebut Zaman Logam karena manusia purba sudah memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti membuat gerabah, perhiasan, serta peralatan dari kayu, batu, dan logam.
Masyarakat prasejarah pada masa perundagian, membutuhkan seorang ketua suku.
Seorang ketua suku yang menjadi pemimpin manusia prasejarah harus memiliki kekayaan lebih banyak.
Selain itu, ketua suku juga harus mempunyai kesaktian dan keberanian serta memiliki keluarga besar (banyak istri dan banyak anak).
Seorang ketua suku selalu didampingi dukun atau shaman yang akan dimintai nasihat dalam mengambil keputusan.
Dengan bantuan dukun, ketua suku akan menentukan kapan harus mulai bertanam, kapan datangnya masa panen, dan memberi petunjuk tentang bagaimana mengusir wabah penyakit.
Selain itu, ketua suku juga akan meminta mantra kepada dukun agar sukses memimpin masyarakatnya dalam pertempuran melawan kelompok manusia purba lainnya.
Selama masa kepemimpinannya, seorang ketua suku mengadakan pesta jasa (fiest of merits) atau sebuah upacara untuk memberi makan kepada masyarakatnya.
Dalam upacara itu, ketua suku dengan mengorbankan hewan ternak dan hasil panennya.