KOMPAS.com - Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, bangsa kita tidak hanya melakukannya dengan angkat senjata, melainkan juga melalui diplomasi.
Ada tokoh-tokoh yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara diplomasi atau melalui perundingan.
Diplomasi dilakukan untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari Belanda dan menarik simpati dari bangsa lain di dunia.
Beberapa tokoh yang memimpin perjuangan diplomasi Indonesia adalah Soekarno, Moh Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sutan Sjahrir, Moh Roem, Amir Sjarifuddin, dan lain sebagainya.
Baca juga: Alasan Achmad Soebardjo Menolak Ajakan Sutan Sjahrir
Soekarno atau Bung Karno merupakan salah satu pejuang diplomasi yang juga sebagai presiden pertama Indonesia.
Sebagai seorang pejuang kemerdekaan, Bung Karno berperan dalam diplomasi dalam melawan musuh.
Salah satunya adalah melakukan perundingan dengan Letjen Christison, pemimpin pasukan Sekutu yang mendarat di Indonesia.
Diplomasi antara Bung Karno dengan Letjen Christison membuat Sekutu menyatakan bahwa kedatangannya tidak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
Meski demikian, pada akhirnya, Sekutu datang dengan diboncengi militer Belanda ke Indonesia yang kemudian memicu konflik bersenjata.
Baca juga: Mengapa Bung Karno Disebut sebagai Singa Podium?
Selain Bung Karno, Moh Hatta juga memiliki peran dalam perjuangan diplomasi Indonesia.
Moh Hatta atau Bung Hatta dikenal sebagai wakil presiden pertama dan juga sebagai ketua delegasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
KMB diselenggarakan di Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949 yang salah satu hasilnya adalah Indonesia menjadi negara serikat.
Baca juga: Mengapa Teks Proklamasi Ditandatangani Soekarno-Hatta?
Amir Sjarifuddin merupakan salah satu tokoh komunisme di Indonesia yang berperan dalam perjuangan diplomasi Indonesia.
Ia mewakili Indonesia dalam perundingan atau perjanjian Renville pada 8 Desember 1947.
Perundingan Renville ini dilaksanakan di atas kapal angkatan laut Amerika Serikat USS Renville yang sedang bersandar di Jakarta.
Baca juga: Abdulkadir Widjojoatmodjo, Delegasi Belanda dalam Perjanjian Renville