Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Tokoh Pemimpin Perjuangan Diplomasi Indonesia

Ada tokoh-tokoh yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara diplomasi atau melalui perundingan.

Diplomasi dilakukan untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan dari Belanda dan menarik simpati dari bangsa lain di dunia.

Beberapa tokoh yang memimpin perjuangan diplomasi Indonesia adalah Soekarno, Moh Hatta, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Sutan Sjahrir, Moh Roem, Amir Sjarifuddin, dan lain sebagainya.

Bung Karno

Soekarno atau Bung Karno merupakan salah satu pejuang diplomasi yang juga sebagai presiden pertama Indonesia.

Sebagai seorang pejuang kemerdekaan, Bung Karno berperan dalam diplomasi dalam melawan musuh.

Salah satunya adalah melakukan perundingan dengan Letjen Christison, pemimpin pasukan Sekutu yang mendarat di Indonesia.

Diplomasi antara Bung Karno dengan Letjen Christison membuat Sekutu menyatakan bahwa kedatangannya tidak mengganggu kemerdekaan Indonesia.

Meski demikian, pada akhirnya, Sekutu datang dengan diboncengi militer Belanda ke Indonesia yang kemudian memicu konflik bersenjata.

Mohammad Hatta

Selain Bung Karno, Moh Hatta juga memiliki peran dalam perjuangan diplomasi Indonesia.

Moh Hatta atau Bung Hatta dikenal sebagai wakil presiden pertama dan juga sebagai ketua delegasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

KMB diselenggarakan di Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949 yang salah satu hasilnya adalah Indonesia menjadi negara serikat.

Amir Sjarifuddin

Amir Sjarifuddin merupakan salah satu tokoh komunisme di Indonesia yang berperan dalam perjuangan diplomasi Indonesia.

Ia mewakili Indonesia dalam perundingan atau perjanjian Renville pada 8 Desember 1947.

Perundingan Renville ini dilaksanakan di atas kapal angkatan laut Amerika Serikat USS Renville yang sedang bersandar di Jakarta.

Adapun hasil dari Perundingan Renville yang diwakili oleh Amir Syarifuddin adalah:

  • Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia atas Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera.
  • Tentara Republik Indonesia (TRI) ditarik mundur dari daerah kedudukan Belanda

Namun, pada akhirnya, Amir Sjafruddin yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri harus mundur.

Hal itu disebabkan oleh hasil perjanjian Renville yang dianggap tidak memberikan dampak yang bagus bagi Indonesia.

Sutan Sjahrir

Saat terjadi perjanjian Linggarjati, Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir.

Perundingan antara Indonesia dengan Belanda ini berlangsung di Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat, pada November 1946.

Hasil perundingan ini adalah Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia atas Jawa, Sumatera, dan Madura.

Moh Roem

Moh Roem merupakan salah satu tokoh pejuang diplomasi yang mewakili Indonesia dalam Perundingan Roem-Royen.

Perundingan Roem-Royen ini dilaksanakan di Hotel Des Indes, Jakarta, pada 17 April 1949.

Indnesia diwakili oleh Moh Roem, sedangkan Belanda diwakili Van Royen dalam perundingan ini.

Perundingan Roem-Royen menghasilkan beberapa poin, yakni penghentian operasi militer antara Indonesia dan Belanda.

Sri Sultan Hamengkubuwana IX

Sebagai seorang Raja Kesultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwana IX juga berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Sultan berperan dalam menyusun dan merencanakan Serangan Umum 1 Maret tahun 1949 di Yogyakarta.

Selain itu, ia juga terlibat dalam delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB).

Agus Salim

Agus Salim merupakan tokoh asal Minangkabau yang berperan dalam perjuangan diplomasi Indonesia.

Ia berperan dalam perjuangan diplomasi pada perundingan pendahuluan Indonesia dan Belanda pada 23 Oktober 1945 di Jakarta.

Selain itu, Agus Salim juga berperan dalam mewakili Indonesia dalam misi diplomatik dengan negara-negara Arab pada April hingga Juli 1947.

Pada 14 Agustus 1945, Agus Salim juga menjadi delegasi Indonesia dalam Sidang Keamanan PBB di New York.

Soedjatmoko

Soedjatmoko juga menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam memperjuang kemerdekaan Indonesia.

Ia berperan dalam diplomasi Indonesia pada Sidang Dewan Keamanan PBB tahun 1947.

Soedjamoko mewakil Indonesia bersama Sutan Sjahrir, Agus Salim, Soemitro Djojohadikusumo, Charles Tambu dan LN Palar.

Dalam sidang tersebut, Indonesia menggugat Belanda yang melaksanakan Agresi Militer.

Charles Tambu

Charles Tambu merupakan seorang berdarah Tamil dari Sri Lanka yang bersimpati terhadap perjuangan Indonesia.

Ia telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia melalui berbagai forum Internasional, seperti Sidang Keamanan PBB 1947.

Keteguhannya membela kemerdekaan Indonesia membuat Presiden Soekarno memberinya paspor Indonesia.

Selepas pengakuan Indonesia oleh Belanda pada 1949, Charles Tambu ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Konsul Jenderal Indonesia di Manila.

LN Palar

Lambertus Nicodemus Palar atau biasa disebut L.N. Palar adalah tokoh nasional yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi.

LN Palar merupakan diplomat ulung Indonesia yang turut menghimpun dukungan dan pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia.

Ia menjadi salah satu anggota delegasi Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB di New York pada 14 Agustus 1947.

LN Palar juga menjadi wakil Indonesia dalam Sidang Dewan Keamanan PBB di Paris pada 22 Desember 1948.

Referensi:

  • Notosusanto, Nugroho. (1984). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/26/080000679/10-tokoh-pemimpin-perjuangan-diplomasi-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke