Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marie Colvin, Jurnalis Perang yang Tewas di Tangan Pemerintah Suriah

Kompas.com - 20/06/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Marie Colvin adalah seorang jurnalis perempuan asal Amerika Serikat, yang bekerja sebagai koresponden luar negeri.

Ia bekerja untuk surat kabar Inggris, The Sunday Times, sejak 1985 sampai akhir hidupnya pada 2012.

Marie Colvin kerap disebut sebagai wartawan sejati, berkat peran dan perjuangannya selama menjadi jurnalis perang di berbagai negara di dunia.

Marie Colvin tewas pada 22 Februari 2012 saat sedang meliput serangan di Homs, yang merupakan bagian dari perang saudara di Suriah.

Pada 2019, pengadilan menyatakan bahwa Marie Colvin bukan menjadi korban perang, tetapi sengaja dibunuh atas perintah Pemerintah Suriah.

Baca juga: Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Awal kehidupan

Marie Colvin lahir di Astoria, New York, Amerika Serikat, pada 12 Januari 1956.

Ia adalah putri dari seorang veteran Korps Marinir William J Colvin dan Rosemarie Marron Calvin.

Ketika mengenyam pendidikan di SMA Oyster Bay, Marie Colvin sempat ikut program pertukaran pelajar di Brasil.

Seteah lulus pada 1974, ia kuliah di Universitas Yale, Amerika Serikat, mengambil jurusan antropologi.

Karier Marie Colvin di bidang jurnalistik dimulai ketika ia mulai menulis untuk Yale Daily News. Bermula dari situ, ia memantapkan hati untuk menjadi seorang wartawan.

Baca juga: Biografi W.R Supratman, Seorang Jurnalis yang Pandai Main Biola

Karier sebagai jurnalis perang

Marie Colvin sempat bekerja untuk serikat pekerja di New York, sebelum mulai merintis karier sebagai wartawan di United Press International (UPI), satu tahun setelah lulus dari Yale.

Ia bekerja di UPI cabang Trenton, kemudian dipindah ke New York dan Washington. Pada 1984, Colvin diangkat menjadi manajer biro UPI Paris.

Setelah itu, ia dipindahtugaskan ke The Sunday Times pada 1985. Satu tahun setelahnya, Colvin dipercaya untuk menjadi koresponden atau wartawan di Timur Tengah.

Orang pertama yang Colvin wawancarai adalah pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Berawal dari situ, ia banyak terjun ke negara-negara yang sedang berperang untuk melakukan liputan.

Selain Timur Tengah, Colvin diketahui pernah meliput konflik di Chechnya, Kosovo, Sierra Leone, Zimbabwe, Sri Lanka, dan Timor Leste.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com