KOMPAS.com - Pada 1292, sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang didirikan oleh Ken Arok, yaitu Kerajaan Singasari, mengalami keruntuhan.
Akhir keruntuhan Kerajaan Singasari disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.
Faktor internal runtuhnya Kerajaan Singasari adalah adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang pada 1292.
Jayakatwang adalah keturunan Raja Kertajaya, penguasa terakhir Kerajaan Kediri, yang dikalahkan oleh Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari.
Baca juga: Jayakatwang, Pemberontak yang Mengakhiri Singasari
Adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Jayakatwang merupkan penyebab runtuhnya Kerajaan Singasari.
Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara, yang sekaligus raja terakhirnya.
Semasa kepemimpinannya, Jayakatwang memimpin sebagai adipati di Gelang-Gelang (sekarang di sekitar Madiun).
Kertanegara pun melakukan berbagai cara untuk menjalin hubungan baik dengan Jayakatwang, terlepas dari masa lalu leluhur mereka.
Salah satu tindakan yang dilakukan adalah menikahkan Jayakatwang dengan adiknya, Turukbali.
Selain itu, muncul juga versi di mana anak dari Jayakatwang, yaitu Arddharaja, diangkat sebagai menantu Kertanegara.
Baca juga: Kertanegara, Pembawa Kejayaan dan Raja Terakhir Kerajaan Singasari
Dengan demikian, Raja Kertanagara dan Jayakatwang sebetulnya juga berkerabat.
Namun, karena dihasut oleh patihnya, Jayakatwang ingin membalas kematian leluhurnya, yang tewas di tangan pendiri Singasari.
Itulah yang menjadi penyebab Jayakatwang memberontak dan menyerang Kerajaan Singasari.
Arya Wiraraja yang memberitahu Jayakatwang waktu yang tepat untuk menyerang Kerajaan Singasari, yaitu sekitar pertengahan Mei dan Juni 1292.