Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarian Suling Dewa, Tari Pemanggil Hujan asal Lombok

Kompas.com - 22/09/2021, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Tarian Suling Dewa adalah salah satu musik tradisional yang berasal dari Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. 

Tarian ini terbuat dari Bambu Buluh yang di mana digunakan dalam acara-acara adat. 

Tarian Suling Dewa ini digelar hanya ketika musim kemarau saja, bertujuan untuk memanggil hujan. 

Baca juga: Fungsi Tari sebagai Media Hiburan dan Contohnya

Asal Muasal

Kesenian Suling Dewa lahir ketika wilayah Bayan sedang dilanda musim kemarau panjang, sehingga tidak ada satu tanaman pun yang tumbuh dan berkembang. 

Akibatnya, siklus kehidupan di Gumi Bayan terganggu, bahkan bencana kelaparan juga mengancam di mana-mana. 

Tiupan seruling dewa ini pun diyakini masyarakat Bayan mampu menurunkan air dari langit untuk menghujani bumi. 

Tarian Suling Dewa ini dilakukan oleh para tokoh adat atau sesepuh desa yang bertindak sebagai peniup seruling serta melakukan ritual melalui tarian. 

Alat yang digunakan adalah seruling yang dikeramatkan oleh masyarakat Bayan. 

Baca juga: Tari Jepen, Kesenian Khas Kalimantan Timur

Prosesi Tari Suling Dewa

Sebelum tarian berlangsung, masyarakat Bayan akan menentukan hari, waktu, dan tempat yang dinilai baik untuk melangsungkan tarian tersebut.

Selain itu, masyarakat Bayan juga akan menyiapkan sesaji berupa kembang, gula merah,ayam hitam, uang bolong, piranti beras kuning, dan kapur sirih.

Kapur sirih ini adalah komponen yang paling penting dan dipercaya dapat mendatangkan hujan.

Setelah semua siap, para sesepuh akan membawa sesaji ke dalam suatu bale.

Kemudian, para sesepuh akan membacakan sejumlah mantra untuk memohon izin memulai prosesi ritual.

Usai memperoleh izin, para penari dan pembawa sesaji akan keluar dari bale dan membentuk fondasi tari Suling Dewa.

Para pembawa sesaji berada di depan para penari. Lalu, tiap pembawa sesaji dan penari akan menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com