KOMPAS.com - Tragedi Cikini adalah percobaan penggranatan untuk membunuh Presiden Soekarno di Jalan Cikini No. 76 Jakarta Pusat.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu malam 30 November 1957.
Upaya pembunuhan ini didalangi oleh Jusuf Ismail, anggota pemberontak Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Ia bersama rekannya melemparkan enam buah granat ke arah Presiden Soekarno. Lima di antaranya meledak dan menewaskan 10 orang anak sekolah dan mencederai 48 orang.
Beruntungnya, Presiden Soekarno dan kedua anaknya, Guntur dan Megawati selamat dari insiden tersebut.
Baca juga: Armijn Pane: Kiprah dan Karyanya
Tragedi pelemparan granat di Perguruan Cikini diduga bukan hanya sebuah aksi teror biasa, melainkan bertujuan untuk menyingkirkan Soekarno dari kursi kepresidenan.
Pada masa kepemimpinan Soekarno, banyak orang yang merasa tidak puas dengan kondisi politik yang terjadi saat itu.
Akibatnya, tercetus sebuah upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Soekarno.
Salah satu cara yang digunakan adalah dengan melemparkan granat.
Ide ini sendiri tercetus ketika salah satu pelaku tengah melihat mobil Presiden Soekarno di Perguruan Cikini pada 30 November 1957 itu.
Saat itu, sedang ada perayaan hari jadi Perguruan Cikini yang ke-15.
Kebetulan, kedua anak Presiden Soekarno, yaitu Guntur dan Megawati juga merupakan murid di sekolah tersebut.
Kedatangan Soekarno ke Perguruan Cikini tidak hanya sebagai orangtua dari kedua anaknya, melainkan juga atas undangan khusus dari Kepala Perguruan Cikini, Sumadji Muhammad Sulaimani dan Direktur Percetakan Gunung Sari, Johan Sirie.
Akhirnya, para pelaku memutuskan untuk melemparkan granat kepada Presiden Soekarno untuk membuatnya jatuh dari jabatannya.
Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir
Kronologi