ALKISAH menurut wiracarita Mahabharata, Kurawa merupakan seratus anak-anak Raja Drestarastra. Satu di antara seratus Kurawa bernama Yuyutsu tidak dilahirkan oleh Permaisuri Gendari tetapi seorang selir bernama Sugada yang berasal dari kasta Waisya.
Raja Drestarastra memutuskan untuk berhubungan dengan Sugada sebab ia meragukan Ratu Gandari, yang belum melahirkan seorang anak pun meskipun usia kandungan sudah melewati sembilan bulan.
Berkat bantuan Resi Abiyasa, sang ratu berhasil memperoleh keturunan, yang kemudian dikenal sebagai Sata Kurawa alias Seratus Kurawa karena jumlahnya memang seratus.
Pada saat yang sama, anak hasil hubungan Drestarastra dan Sugada juga lahir, yang diberi nama Yuyutsu. Berbeda dengan para Kurawa, Yuyutsu tidak jahat terhadap para Pandawa.
Baca juga: Kisah Srikandi dalam Mahabharata
Dalam Sabhaparwa, jilid kedua Mahabharata yang menceritakan permainan dadu antara Kurawa melawan Pandawa, Yuyutsu bersimpati kepada Pandawa setelah sepupu mereka tersebut menderita kekalahan.
Bersama para sesepuh Dinasti Kuru, Yuyutsu menentang Suyudana mengundang para Pandawa bermain untuk yang kedua kalinya, dengan taruhan masa pengasingan. Namun, permainan tetap diselenggarakan.
Dalam kitab Bhismaparwa dikisahkan bahwa sebelum perang Bharatayuda pecah di padang Kurusetra dimulai, Yudistira maju ke hadapan pasukan Kurawa untuk memastikan apakah ada yang berubah pikiran dan mau berpihak kepadanya. Hanya Yuyutsu yang menanggapinya. Ia keluar dari barisan pasukan Kurawa demi bergabung dengan Pandawa.
Yuyutsu merupakan seorang maharathi, yaitu kesatria sakti-mandraguna yang mampu bertarung dengan 720.000 orang sekaligus. Dalam perang di Kurukshetra, ia berperan penting sebagai informan pihak Pandawa, yang membocorkan informasi-informasi seputar strategi perang Kurawa serta rencana jahat Duryodana berdasarkan hasutan Sengkuni.
Setelah Bharatayuda berakhir, Yuyutsu termasuk di antara sedikit kesatria yang tersisa bertahan hidup. Dalam bagian akhir kitab Striparwa, Yuyutsu beserta keluarganya melangsungkan upacara terakhir bagi saudara dan teman-temannya yang gugur di Kurukshetra.
Ketika Yudistira mewarisi takhta kerajaan Kuru dan beristana di Hastinapura, Yuyutsu diberi kuasa atas kota Indraprasta, yang didirikan oleh para Pandawa.
Dalam kitab Prasthanikaparwa diceritakan bahwa Yudistira turun takhta secara sukarela untuk melakukan perjalanan ke Swargaloka bersama Drupadi dan empat Pandawa serta seekor anjing. Yuyutsu diangkat sebagai penasihat Raja Muda Parikesit yang bertahta di Hastinapura.
Wayang Purwa beda dengan Mahabharata. Menurut versi Wayang Purwa, Yuyutsu bernama Wikarna dan sesaudara kandung dengan seratus Kurawa yang dilahirkan Dewi Gendari dalam bentuk segumpal daging.
Wikarna berwatak pemberani, jujur, suka berterus terang dan teguh dalam pendirian membela kebenaran. Selain sakti ilmu perang, ia juga mahir mempergunakan senjata panah.
Ketika menyaksikan Dewi Drupadi diperlakukan tidak manusiawi oleh Dursasana akibat Prabu Yudhistira kalah dalam permainan dadu melawan Sengkuni, dengan sikap kesatria, Wikarna mengutuk perbuatan Dursasana.
Ia juga membongkar kecurangan yang dilakukan Sengkuni serta semua rencana jahat Kurawa yang akan memcelakakan keluarga Pandawa. Sikapnya itu ditentang oleh Adipati Karna yang menyebabkan permusuhan di antara mereka.
Baca juga: Ramayana, Mahabharata, dan Wayang Purwa
Pada saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Wikarna memihak kepada Pandawa dan menentang. Ia gugur dalam pertempuran melawan Adipati Karna. Tubuhnya hancur terkena panah Kyai Wijayacapa.
Maka menurut versi Wayang Purwa sama sekali tidak ada Wikarna pada masa Parikesit bertahta sebagai Raja Hastinapura setelah Pandawa moksha ke Swargaloka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.