KOMPAS.com –Kesesatan berpikir biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan membuat orang lain sering salah paham. Tahukah kamu pengertian kesesatan berpikir?
Dilansir dari buku Dasar-dasar Logika (2006) oleh Asnanto Surajiyo, penyebab kesesatan berpikir yaitu pemaksaan prinsip logika tanpa memerhatikan relevansinya. Seseorang akan cenderung melemahkan argumen dengan mendistorsi, menarik kesimpulkan yang salah, serta menyalahgunakan bukti atau bahasa.
Dikutip dari situs Effectiviology, pengertian kesesatan berpikir (logical fallacy) adalah pola penalaran yang salah, atau kekeliruan dalam pemikiran logis. Sehingga argumen yang disampaikan menjadi tidak valid dan tak relevan.
Sederhananya, seseorang justru mengalihkan pembicaraan dengan hal-hal tersebut untuk mengalahkan argumen orang lain.
Baca juga: Pernyataan Posisi, Tahap Argumen, dan Penguatan Pernyataan Posisi
Misalnya kekeliruan yang terjadi pada percakapan dua orang teman ini:
Andi: “Mendingan lo cuti kerja aja sehari, supaya tugas kita cepat selesai. Atau hari ini lo selesaikan semua kerjaan yang harus dikerjakan besok. Jadi, besok bisa ambil cuti tanpa kepikiran kerjaan," kata seseorang kepada temannya.
Budi: “Lo aja belum punya kerjaan, lo mana tau susahnya dapet izin cuti kerja,” jawab teman tersebut dengan nada ketus.
Percakapan tersebut mengandung kekeliruan atau kesesatan berpikir. Karena orang yang bekerja tersebut justru menyerang kepribadian temannya, alih-alih mengatakan kemungkinan bisa atau tidaknya mengambil cuti kerja.
Lalu, apa saja yang termasuk dalam kesesatan berpikir?
Ada beberapa macam kesesatan berpikir (logical fallacy) yang sering dijumpai, baik disadari atau tidak, yakni:
Dikutip dari situs ThoughtCo, false dilemma merupakan jenis kesesatan berpikir di mana pihak pertama mengatur situasi, agar seolah-olah hanya ada dua pilihan.
Kemudian pihak pertema tersebut menghilangkan salah satu pilihan, supaya pihak lainnya hanya memiliki satu pilihan.
Misalnya ketika seseorang berkata “Gedung sekolah dalam kondisi buruk. Kita hanya punya pilihan untuk meruntuhkan, mendirikan gedung baru, atau terus mempertaruhkan keselamatan siswa. Kita tidak boleh mempertaruhkan keselamatan siapa pun, jadi kita harus merobohkan gedung itu”.
Argumen tersebut mengabaikan kemungkinan bahwa kita mungkin bisa memperbaiki gedung atau menemukan cara lain untuk melindungi siswa.
Baca juga: Pengertian Teks Diskusi