Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Culture Shock: Pengertian dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 18/03/2022, 20:00 WIB
Aldila Daradinanti,
Vanya Karunia Mulia Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apakah kamu pernah merasa cemas, bingung, dan frustrasi ketika masuk ke sekolah baru, kantor baru, atau lingkungan pergaulan yang baru?

Jika iya, berarti kamu mungkin mengalami culture shock. Apa itu culture shock?

Pengertian culture shock

Culture shock atau gegar budaya adalah perasaan di mana seseorang merasa tertekan serta terkejut ketika berhadapan dengan lingkungan dan budaya baru.

Seseorang yang mengalami gegar budaya, biasanya akan merasa cemas, bingung, frustasi. Sebab, dia kehilangan tanda, lambang, dan cara pergaulan sosial yang diketahuinya dari kultur asal.

Aang Ridwan dalam buku Komunikasi Antarbudaya: Mengubah Persepsi dan Sikap dalam Meningkatkan Kreativitas Manusia (2016), menjelaskan bahwa culture shock atau gegar budaya adalah kondisi saat seseorang mengalami goncangan mental dan jiwa, yang disebabkan adanya ketidaksiapan dalam menghadapi kebudayaan asing dan baru baginya.

Baca juga: Sikap dan Perilaku Menghadapi Perubahan Sosial Budaya

Kondisi tersebut menyebabkan seseorang stres, frustasi, gelisah, tidak percaya diri, hingga depresi.

Contohnya, aktor Iqbaal Ramadhan dari Indonesia. Dia harus pindah ke Amerika untuk mengenyam pendidikan.

Pergaulan dan gaya hidup di Amerika sangatlah bebas. Sementara di Indonesia ada norma dan aturan yang menjadi batasan pergaulan dan gaya hidup masyarakatnya. Sehingga hal ini membuatnya merasa terkejut dengan budaya Amerika.

Cara mengatasi culture shock

Berikut beberapa cara mengatasi culture shock atau gegar budaya:

Menyadari dan mengakui perasaan tidak nyaman

Individu yang mengalami gegar budaya perlu menerima kenyataan, bahwa dirinya memang tidak mengetahui apa yang sedang dihadapinya.

Dengan begitu, individu akan memiliki rasa ingin tahu untuk mengenal, memahami, dan juga mempelajari hal baru tersebut, termasuk budaya.

Berpikiran terbuka

Individu harus bisa menerima perbedaan yang ada dan terjadi di lingkungan barunya.

Seperti adat istiadat dan norma, kebiasaan, tingkah laku, agama, makanan, cara bersosialisasi, dan lain sebagainya.

Baca juga: Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antarbudaya

Contoh, seseorang yang beragama Islam dan tidak pernah mengonsumsi babi, mungkin akan terkejut ketika harus tinggal di Medan.

Dia mungkin frustrasi, karena selama ini menganggap babi itu haram. Untuk mengatasinya, dia harus membiasakan berpikiran terbuka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com