KOMPAS.com - Salah satu bangunan Megalitik yang berfungsi sebagai sarana untuk memuja roh leluhur adalah punden berundak.
Peninggalan era Megalitikum atau Batu Besar tersebut masih bisa ditemui di sejumlah kawasan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah.
Dikutip dari jurnal Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani Bangli (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah) (2013) oleh I Wayan Pardi, punden dalam bahasa Jawa berarti orang yang dimuliakan. Sementara berundak artinya bertingkat-tingkat.
Dengan demikian, punden berundak adalah bangunan suci tempat pemujaan roh leluhur yang bentuknya bertingkat-tingkat atau berundak-undak.
Hal ini memberi anggapan bahwa nenek moyang berada di puncak gunung.
Puncaknya yang berundak menunjukkan tingkatan perjalanan roh nenek moyang ke dunia arwah, yakni puncak gunung, yang dilambangkan dengan menhir.
Baca juga: Kehidupan Manusia Purba di Indonesia pada Zaman Prasejarah
Dilansir dari buku Sejarah Kuningan (2021) karya Edi S. Ekadjati, punden berundak terbuat dari batu besar yang didalamnya terdapat menhir (batu tegak), meja batu, peti batu, dan lain sebagainya.
Fungsi utama punden berundak ialah sebagai sarana pemujaan untuk memuja serta menghormati roh leluhur.
Berkaitan dengan kepercayaan masyarakat saat itu, pemujaan roh leluhur ditujukan untuk mencegah datangnya bencana atau musibah, seperti wabah dan gempa bumi.
Selain itu, peninggalan era Megalitikum ini juga sering digunakan untuk meletakkan sesajen atau persembahan lainnya.
Menurut Bagyo Prasetyo dalam jurnal Persebaran dan Bentuk-bentuk Megalitik Indonesia: Sebuah Pendekatan Kawasan (2013), punden berundak bercirikan adanya satu atau lebih undakan tanah.
Tiap undakan tanah diperkuat dengan bongkahan atau balok batu yang fungsinya sebagai pembatas atau dinding.
Berikut beberapa ciri punden berundak:
Baca juga: Zaman Batu: Pembagian Zaman dan Hasil Kebudayaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.