KOMPAS.com - Majas dikenal juga dengan istilah kiasan. Majas sering digunakan dalam penulisan karya sastra, seperti puisi.
Tujuan utama penggunaan majas ialah mempercantik susunan kalimat, sehingga dapat menimbulkan kesan imajinatif dan menciptakan efek tertentu bagi pembacanya.
Menurut Rahma Barokah T.J. dalam buku Berfikir Cerdas dengan bahasa Indonesia (2021), majas adalah bahasa kias yang secara tidak langsung dapat mengungkapkan makna. Majas sering dipakai sebagai bentuk ungkapan perasaan.
Majas yang sering digunakan atau terkesan dominan dalam puisi adalah majas paralelisme dan personifikasi. Majas paralelisme masuk dalam jenis majas penegasan, sedangkan personifikasi merupakan majas perbandingan.
Baca juga: Contoh Majas Sinekdoke
Secara garis besar, majas terbagi menjadi empat jenis, yakni majas penegasan, perbandingan, pertentangan dan sindiran. Dari pembagian tersebut, tiap jenis majas memiliki banyak majas turunan. Berikut penjelasannya:
Dikutip dari buku Sastra Indonesia Lengkap (2018) karya Tim Sastra Cemerlang, majas perbandingan adalah kata berkias yang menyatakan perbandingan, untuk meningkatkan kesan dan pengaruh terhadap pendengar atau pembaca.
Beberapa contoh majas perbandingan adalah:
Baca juga: Contoh Majas Antitesis
Adalah kata berkias yang punya makna berbeda dari makna kata yang sebenarnya, bertujuan untuk meningkatkan kesan serta pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca.
Contoh majas pertentangan adalah:
Dalam buku Menyelami Keindahan Sastra Indonesia (2019) karya Lianawati W.S., dituliskan bahwa majas penegasan digunakan untuk menegaskan atau memperkuat suatu susunan kalimat. Jenis majas ini cukup sering digunakan dalam membuat puisi.
Beberapa contoh majas penegasan adalah:
Baca juga: Contoh Majas Eufemisme
Adalah kata berkias yang digunakan untuk menyatakan suatu hal dengan memanfaatkan frasa atau kata yang sifatnya menyindir. Jenis majas ini sering digunakan untuk menyindir seseorang atau suatu hal.
Beberapa contoh majas sindiran adalah: