KOMPAS.com - Dalam susunan manajemen perusahaan ataupun organisasi, antara pria dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menduduki posisi strategis atau pimpinan.
Namun, ada perempuan yang mengalami hambatan untuk meraih posisi tersebut. Hal ini bisa disebut glass ceiling.
Menurut Yohanes Arianto Budi Nugroho dalam buku Kepemimpinan untuk Mahasiswa: Teori dan Aplikasi (2018), glass ceiling menjadi salah satu fenomena yang terjadi dalam ruang lingkup manajemen.
Jika diartikan secara harfiah, glass ceiling berarti sebuah batasan. Glass ceiling sering juga disebut langit-langit kaca. Glass ceiling adalah sebuah hambatan atau halangan bagi kaum perempuan untuk maju, seperti memiliki jabatan tinggi atau menjabat sebagai pimpinan.
Hambatan ini menyebabkan perempuan lebih sulit berkembang maju dalam bidang pekerjaan. Berbeda dengan kaum pria yang lebih mudah memosisikan diri pada posisi strategis. Akibatnya perempuan lebih canggung dalam meningkatkan jenjang kariernya.
Baca juga: Hak dan Kewajiban Terhadap Lingkungan
Dikutip dari jurnal Glass Ceiling: Sebuah Studi Literatur (2017) karya Muhamad Ihwanul Muslim dan Mirwan Surya Perdhana, setidaknya ada empat faktor penyebab utama mengapa glass ceiling terjadi, yaitu:
Ketidakmampuan perempuan dalam mengaktualisasikan diri di perusahaan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya glaass ceiling.
Perempuan dipandang sebagai sosok yang tidak tegas, labil, dan mudah stres, sehingga banyak yang kurang bisa memercayai perempuan untuk memegang jabatan penting di perusahaan.
Stereotip tentang perempuan juga turut menyebabkan terjadinya glass ceiling. Dalam stereotip ini, perempuan dipandang hanya bertugas mengatur rumah tangga serta mendidik anak. Akibatnya kaum perempuan dianggap lebih sesuai bekerja di rumah, dibanding bekerja di perusahaan.
Faktor ini ditandai dengan adanya konflik tanggung jawab perempuan untuk mengurus anak dan bekerja. Sehingga apa yang dikerjakan perempuan di kantor menjadi kurang maksimal, karena fokusnya terpecah.
Beberapa perempuan kurang percaya diri jika diharuskan memimpin tim yang mana mayoritas anggotanya pria. Akibatnya perempuan semakin sulit untuk mengaktualisasikan diri dan bekerja dengan maksimal, serta menjadi penghambat mereka untuk dipromosikan ke jenjang lebih tinggi.
Baca juga: Penggolongan Hak Asasi Manusia
Glass ceiling jelas membawa dampak bagi perempuan. Berikut beberapa dampaknya: