KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara yang majemuk atau beragam. Kondisi tersebut akan memengaruhi perilaku individu atau kelompak dengan individu dan kelompok lain.
Adanya keberagaman tersebut rawan dan berpotensi terjadi konflik sosial. Bahkan bisa mengarah pada tindak kekerasan.
Munculnya konflik sosial tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak sesederhana yang dibayangkan.
Banyak faktor yang menyebabkan munculnya konflik di permukaan.
Baca juga: Ricuh Warga Mandala Medan karena Konflik Sosial, Bukan Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah percekcokan, perselisihan, dan pertentangan.
Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan.
Konflik berasal dari kata kerja latin "configere". Artinya saling memukul.
Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih.
Di mana salah satu pihak berusaha yang ingin menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya.
Konflik sering kali berubah menjadi kekerasan terutama ada upaya-upaya dengan pengelolaan konflik tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pihak yang berkaitan.
Dalam buku Sosiologi Konflik: Teori-teori dan Analisis (2009) karya Novri Susan, konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul.
Baca juga: Undang Tokoh Agama, Wapres Bahas Antisipasi Konflik Sosial
Karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial politik.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusun Poerwadarminta (1976), konflik berati pertentangan atau percekcokan.
Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan.
Ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam kehidupan masyarakat.