Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Membaca Emosi Seseorang Lewat Tatapan Mata

Kompas.com - 25/05/2024, 14:00 WIB
Fadila Rosyada Hariri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.comMata adalah jendela jiwa, sebuah pepatah yang mengisyaratkan bahwa mata dapat mengungkapkan banyak hal tentang perasaan seseorang.

Ekspresi mata, dari kilatan kebahagiaan hingga kerutan kekhawatiran, sering kali mencerminkan emosi yang mendalam.

Baca juga: Apakah Warna Mata Memengaruhi Penglihatan Seseorang?

Dalam interaksi sehari-hari, kita sering kali bergantung pada isyarat visual ini untuk memahami perasaan orang lain tanpa perlu kata-kata.

Bagaimana sebenarnya mata mampu mengomunikasikan berbagai emosi?

Sebuah studi baru yang diterbitkan di Psychological Science mengeksplorasi bagaimana manusia dapat berkomunikasi dan mengartikan keadaan emosional hanya dengan menggunakan mata.

Studi ini menunjukkan bahwa kemampuan kita dalam membaca emosi dari mata bisa lebih akurat dan mendalam daripada yang pernah kita kira.

Para peneliti melibatkan 28 peserta dalam 600 percobaan di mana mereka ditunjukkan gambar mata yang diisolasi dari wajah orang dengan berbagai ekspresi, seperti sedih, jijik, marah, bahagia, takut, dan terkejut.

Peserta kemudian diminta untuk memilih kata yang menggambarkan keadaan mental orang tersebut.

Setelah menganalisis hasilnya, para peneliti melihat bagaimana persepsi ini terkait dengan gerakan mata tertentu, seperti lebar mata, jarak dari alis ke mata, kemiringan dan lengkungan alis, serta kerutan di sekitar hidung, pelipis, dan bawah mata.

Hasilnya menunjukkan bahwa peserta memberikan respons yang cukup serupa terhadap ekspresi tersebut.

Baca juga: Kapan Ledakan Emosi pada Anak-anak Harus Diwaspadai?

Menyipitkan mata secara luas dikaitkan dengan keadaan mental terkait diskriminasi sosial, seperti kebencian, kecurigaan, dan agresi. Sebaliknya, mata yang terbuka lebar sangat terkait dengan sensitivitas, antisipasi, ketakutan, dan minat.

Namun, gerakan-gerakan ini ternyata sangat halus, yang mungkin menjelaskan mengapa manusia tidak selalu sepakat dalam interpretasi emosi melalui mata.

Penulis studi ini menyatakan bahwa meskipun ekspresi-ekspresi ini mungkin berasal dari tujuan praktis, mereka mungkin telah diadaptasi untuk tujuan sosial.

Misalnya, menyipitkan mata mungkin dimulai untuk memperoleh ketajaman visual yang lebih baik, mungkin pada saat-saat konsentrasi tinggi seperti berburu atau konfrontasi fisik. Oleh karena itu, menyipitkan mata menjadi terkait dengan kemarahan dan agresi.

Artikel ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberi tahu kami ke redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com