Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Ledakan Emosi pada Anak-anak Harus Diwaspadai?

Kompas.com - 09/06/2021, 17:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dokter mengingatkan para orangtua, untuk tidak terlalu khawatir, jika anaknya menampakkan emosi yang beragam seiring pertambahan usianya. Kecuali, jika sudah menyakiti diri sendiri dan orang lain di sekitarnya.

Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak dan Remaja RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr Anggia Hapsari Sp.KJ(K) melalui keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Senin (7/6/2021).

"Anak-anak memiliki beragam perasaan, selayaknya orang dewasa," kata Anggia.

Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi baru lahir seperti menangis, tersenyum, dan frustasi.

Baca juga: Perkembangan Emosi Anak dari Bayi Baru Lahir hingga Usia 12 Tahun ke Atas

Beberapa peneliti meyakini, bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebosanan sesuai dengan situasinya.

Menurut Anggia, setiap anak juga memiliki karakteristik yang khas dan khusus yang dapat membedakan mereka dengan teman seusianya.

Seperti diketahui, anak-anak biasanya belum memiliki kosa-kata yang cukup untuk mengemukakan semua perasaan mereka.

Sehingga, mereka mengomunikasikan perasaan mereka dengan cara-cara lain.

"Terkadang anak-anak dapat mengekspresikan perasaan melalui perilaku yang tidak tepat dan menimbulkan masalah," kata Anggia.

Ekspresi yang tidak tepat dan menimbulkan masalah tersebut dikarenakan anak-anak dapat mengalami emosi yang negatif, yang terkadang menjadi ledakan emosi.

"Sebenarnya hal ini dianggap wajar. Namun, ledakan emosi pada anak juga ada yang harus diwaspadai," tuturnya.

Lantas, kapan harus waspada terhadap ledakan emosi anak?

Berikut ini daftar ledakan emosi pada anak yang harus diwaspadai, serta perlu mendapatkan perhatian, supaya tidak berlarut dan menimbulkan kekacauan yang lebih buruk lagi. Antara lain seper,ti:

- Tantrum dan ledakan (outbursts) pada anak usia di atas 7-8 tahun

- Perilaku anak sudah membahayakan dirinya atau orang lain

- Perilaku anak menimbulkan masalah serius di sekolah

- Perilaku anak memengaruhi kemampuannya bersosialisasi dengan teman, sehingga anak dikucilkan oleh teman-temannya

- Tantrum dan perilaku anak telah membuat distress atau kesulitan dalam keseharia keluarga

- Saat anak merasa tidak mampu mengendalikan emosi marahnya dan merasa dirinya "buruk"

Anggia menjelaskan, seharusnya dalam kondisi perkembangan emosi anak yang normal, pada usia anak 7-8 tahun ke atas, maka mereka sudah berada di tahapan mampu mengontrol ekspresi atau emosi yang akan dikeluarkannya.

Sehingga, tantrum dan ledakan (outburst) tersebut seharusnya sudah tidak terjadi lagi pada anak dengan usia di atas 7-8 tahun.

"Oleh karena itu, jika anak-anak di usia tersebut masih meluapkan emosi, tantrum berlebihan sampai menyakiti diri sendiri ataupun orang-orang di sekitarnya, itu sudah masuk dalam kondisi perlu diwaspadai," kata Anggia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com