KOMPAS.com - Ketika umat Islam hendak melaksanakan ibadah salat, penting untuk mengetahui arah kiblat yang tepat. Arah ini menuju pada Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Selain untuk salat, kiblat juga merupakan arah ihram dalam ibadah haji, arah wajah hewan saat disembelih, arah jenazah seorang muslim saat dimakamkan, dan lain-lain.
Terkait penentuan arah kiblat, terdapat fenomena tahunan yang disebut rashdul kiblat atau istiwa' 'azham, yang menjadi momen bagi umat Islam untuk mengukur kembali arah kiblat. Lantas, apa itu rashdul kiblat?
Rashdul kiblat merupakan fenomena ketika bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjukkan arah kiblat. Saat itu, matahari berada di titik zenith Ka’bah.
Adapun nilai sudut deklinasi matahari sama dengan nilai koordinat lintang Ka’bah, yakni sekitar +21°25’21,2″.
Baca juga: Fenomena Matahari di Atas Kabah, Cara dan Waktu Terbaik Mengukur Arah Kiblat
Fenomena rashdul kiblat terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Mei dan Juli. Saat rashdul kiblat terjadi, matahari digunakan sebagai petunjuk arah kiblat dengan cara melihat arah bayangan yang dibentuk oleh objek yang dipasang tegak lurus pada permukaan yang benar-benar rata.
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafa menjelaskan, rashdul kiblat terjadi dua kali dalam setahun karena matahari tampak dari Bumi mengalami pergeseran ke utara dan selatan.
KH Sirril menjelaskan, pergeseran ketampakan matahari ke utara khatulistiwa maksimal sekitar 23,5 derajat LU. Pergeseran ke selatan khatulistiwa juga maksimal di angka 23,5 LS.
Sementara itu, posisi Ka'bah berada pada 21,45 derajat LU. Oleh sebab itu, dalam lintasan matahari, Ka’bah terlewati dua kali dalam setahun
Pada tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan Hari Sejuta Kiblat yang akan berlangsung pada Senin, 27 Mei 2024.
Baca juga: Fenomena Matahari di Atas Kiblat Selama 2 Hari ke Depan, Apa Manfaatnya?
Kegiatan ini memanfaatkan momen rashdul kiblat untuk mengukur kembali arah kiblat secara serentak. Rashdul kiblat umumnya terjadi pada tanggal 27-28 Mei dan 15-16 Juli.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Adib menjelaskan, Hari Sejuta Kiblat dilaksanakan dengan tujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa siapa saja dapat mengukur arah kiblat, tanpa memerlukan keahlian atau peralatan khusus.
Menurut Adib, Hari Sejuta Kiblat diadakan bukan untuk mengubah arah kiblat, terutama bagi tempat-tempat yang sebelumnya sudah melakukan pengukuran.
"Momen istiwa' 'azham ini bersifat konfirmatif, sehingga jika (arah kiblat) sudah benar, momen ini akan menegaskan kembali kebenarannya. Jika belum benar atau ada keraguan, ini menjadi kesempatan terbaik untuk memverifikasi arah kiblat," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.