Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Everest Berbau Tidak Sedap akibat Kotoran Manusia

Kompas.com - 12/02/2024, 18:35 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Everest dikabarkan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Biang keladi dari masalah itu adalah kotoran manusia yang menumpuk yang kemudian tentu saja mengakibatkan bau.

Baca juga: Apa yang Terjadi Saat Bersin di Gunung Everest?

Hal tersebut membuat jengkel pihak berwenang setempat. Mereka pun kini menginstruksikan para pendaki agak membawa kembali kotoran mereka.

Masalah limbah

Dikutip dari IFL Science, Sabtu (10/2/2024), Komite Pengendalian Polusi Sagarmatha memperkirakan berton-ton kotoran manusia telah dibuang antara Kamp Satu dan Kamp Empat Gunung Everest.

Karena kondisi ekstrim pegunungan di dataran tinggi, sebagian besar limbah ini tidak terurai sepenuhnya dan dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah kota pedesaan Pasang Lhamu--pemerintah daerah yang mengurus sebagian besar wilayah Everest, memerintahkan para pendaki untuk membeli kantong kotoran khusus di base camp, yang akan “diperiksa setelah mereka kembali”

Kantong tersebut akan mengandung bahan kimia yang membantu memadatkan kotoran manusia dan mengurangi baunya.

“Pegunungan kami mulai berbau busuk,” ujar Mingma Sherpa, ketua kota pedesaan Pasang Lhamu.

"Kami mendapat keluhan kotoran manusia terlihat di bebatuan dan beberapa pendaki jatuh sakit. Ini tidak bisa diterima dan mengikis citra kami,” kata Mingma.

Masalah kotoran di Everest ini sebenarnya bukan permasalahan baru.

Pada tahun 2022, Nepal mengumumkan perlunya merelokasi base camp Everest karena perubahan iklim dan aktivitas manusia membuatnya tidak aman.

Baca juga: Seberapa Bahaya Zona Kematian di Gunung Everest?

Seiring dengan pemanasan suhu yang mengganggu kestabilan kawasan es, kelompok lokal menjadi khawatir dengan banyaknya sampah, urin, dan kotoran manusia yang berserakan di kamp.

Relokasi kamp akhirnya dibatalkan, tetapi dampak aktivitas manusia terus bertambah.

Semua masalah itu dipicu oleh banyaknya orang yang berupaya mencapai puncak Everest saat ini.

Ekspedisi menjadi semakin mudah diakses dan populer selama dua dekade terakhir, menyebabkan gunung tersebut menjadi sangat penuh dengan pendaki.

Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menjadi pendaki pertama yang menaklukkan Gunung Everest pada tahun 1953.

Hanya tujuh dekade kemudian, lebih dari 6.664 orang telah mendaki puncaknya dan lingkungan yang dulunya masih asli ini mulai merasakan tekanannya.

Baca juga: Mengapa Pendakian di Gunung Everest Sangat Berbahaya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com