Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Faktor Keberhasilan Nyamuk Wolbachia dalam Pengendalian Kasus DBD

Kompas.com - 22/11/2023, 06:35 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemberian bakteri Wolbachia kepada nyamuk Aedes aegypti berhasil mengurangi insiden infeksi demam berdarah dengue (DBD) sebesar 77,1 persen.

Angka proporsi rawat inap di rumah sakit berhasil dikurangi hingga mencapai 86 persen.

Baca juga: Mengenal Nyamuk Wolbachia, Dinilai Efektif Basmi DBD

Temuan ini memberikan harapan baru untuk eliminasi DBD di Indonesia.

Namun, apakah terdapat faktor-faktor tertentu yang menentukan tingkat keberhasilan ini?

3 faktor penentu tingkat keberhasilan

Pada webinar yang diselenggarakan oleh PB IDI dengan tema "Mengenal Wolbachia dan Fungsinya untuk Mencegah Demam Berdarah" pada Senin (20/11/2023), peneliti menyebutkan faktor yang menentukan keberhasilan implementasi teknologi Wolbachia.

Berikut beberapa faktor pertimbangan penting:

1. Pemilihan nyamuk vektor

Penting untuk menggunakan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama, karena mereka adalah vektor dominan dalam penyebaran demam berdarah (DBD).

Meskipun Nyamuk Anopheles bisa menjadi alternatif, namun wilayah-wilayah dengan vektor Nyamuk Anopheles lebih terbatas di Indonesia.

"Vektor dominan wilayah yang disebar harus wilayah dengan populasi nyamuk Aedes aegypti tinggi. Karena memang nyamuk ini penyebab kasus dengue," ujar peneliti bakteri wolbachia dan demam berdarah dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Adi Utarini, M Sc, MPH, PhD.

2. Lokasi penyebaran

Penyebaran teknologi ini harus difokuskan pada wilayah padat penduduk dengan tingkat kasus dengue yang tinggi.

Baca juga: Inovasi Baru Cegah Penyebaran DBD dengan Wolbachia, Apa Itu?

"Kepadatan penduduk dan kejadian kasus dengue yang tinggi menjadi faktor kunci keefektifan teknologi ini," kata Utarini.

Oleh karena itu, implementasinya harus dilakukan secara bertahap, memilih kota-kota dengan kasus dengue tinggi dan kepadatan penduduk yang tinggi.

"Kementerian Kesehatan menerapkannya secara bertahap, memilih kota-kota dengan tingkat kasus dengue yang tinggi dan kepadatan penduduk yang tinggi," tanmbah Utarini.

Serupa, peneliti lain dari nyamuk ber-Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Riris Andono Ahmad, menyatakan bahwa penyebaran nyamuk di wilayah dengan densitas penduduk rendah tidak akan memberikan dampak signifikan karena populasi nyamuk cenderung relatif kecil dalam kondisi tersebut.

3. Pengaruh suhu

Suhu juga menjadi faktor kritis. Gelombang panas yang ekstrem dapat mempengaruhi efektivitas penurunan populasi nyamuk Wolbachia.

"Kondisi ini pernah terjadi di Vietnam pada waktu itu, sehingga teknologi ini kurang efektif," kata Riris.

Namun, penelitian di Jogja menunjukkan bahwa suhu normal di wilayah tersebut mendukung kinerja teknologi ini.

Di daerah-daerah dengan suhu yang lebih tinggi seperti di Meksiko menggunakan strategi yang berbeda dengan Wolbachia yang lebih tahan panas mungkin diperlukan.

Baca juga: Sukses Tekan DBD 77 Persen, Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia Diperluas

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, implementasi teknologi Wolbachia dapat menjadi langkah strategis dalam mengendalikan penyebaran DBD di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com