Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Lubang Hitam Tertua, Ukurannya 100 Juta Kali Massa Matahari

Kompas.com - 11/11/2023, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para astornom telah menemukan lubang hitam tertua yang usianya hanya 470 juta tahun setelah peristiwa Big Bang.

Objek itu juga merupakan lubang hitam supermasif terjauh yang pernah ditemukan.

Baca juga: Bagaimana Cara Lubang Hitam Mati?

Temuan ini pun bisa memberikan wawasan baru tentang bagaimana benda-benda raksasa tersebut muncul.

Lubang hitam tertua

Mengutip IFL Science, Selasa (7/11/2023) lubang hitam yang disebut UHZ1 ini ditemukan berkat fenomena yang disebut pelensaan gravitasi.

Para astronom mengarahkan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA dan Teleskop luar angkasa James Webb (JWST) menuju gugus galaksi Abell 2744, yang terletak 3,5 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Gugus tersebut sangat padat sehingga membengkokkan ruang-waktu sedemikian rupa sehingga ruang-waktu itu sendiri bertindak sebagai lensa, memperbesar cahaya objek di belakang gugus galaksi. Di antara objek tersebut adalah galaksi induk UHZ1.

Dan pengamatan selama dua minggu mengungkapkan adanya tanda-tanda pertumbuhan lubang hitam supermasif.

Astronom memperkirakan ukurannya antara 10 hingga 100 juta kali massa Matahari.

Jumlah tersebut lebih besar dari berat lubang hitam supermasif yang terletak di pusat Bima Sakti saat ini, Sagitarius A* yang hanya memiliki massa sekitar 4,6 juta kali massa Matahari.

UHZ1 benar-benar luar biasa besarnya pada masa awal alam semesta.

Lubang hitam supermasif

Lubang hitam supermasif dapat terbentuk dari tumbukan banyak lubang hitam besar ketika bintang-bintang yang sangat masif mengalami supernova atau mungkin terbentuk dari keruntuhan langsung awan gas.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Benda Terlalu Dekat dengan Lubang Hitam?

“Kami pikir ini adalah deteksi pertama dari ‘Lubang Hitam Berukuran Besar’ dan bukti terbaik yang diperoleh bahwa beberapa lubang hitam terbentuk dari awan gas yang sangat besar,” kata astrofisikawan Priyamvada Natarajan dari Universitas Yale, seperti dikutip dari Science Alert.

Kita tidak benar-benar tahu bagaimana benda-benda ini bisa begitu besar, tapi satu hal yang menjadi sangat jelas: jumlah mereka jauh lebih banyak di alam semesta awal daripada yang kita perkirakan.

Penelitian ini telah diterima di Nature Astronomy, dan tersedia di server pracetak arXiv.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com