Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Dampak Domestikasi Hewan pada Kesehatan Manusia?

Kompas.com - 01/11/2023, 09:33 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peradaban manusia seperti sekarang tidak akan berjalan tanpa adanya hewan ternak.

Hewan-hewan yang mendukung peradaban ini didomestikasi oleh manusia ribuan tahun yang lalu.

Baca juga: 10 Langkah untuk Cegah Resistensi Antimikroba pada Hewan Ternak

Dikutip dari National Geographic, domestikasi sendiri merupakan proses mengadaptasi tumbuhan dan juga hewan liar untuk digunakan manusia.

Namun, meski mendukung keberadaan peradaban, domestikasi hewan ternyata tanpa disadari membawa dampak bagi kesehatan manusia.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan di biorxiv.

Dampak domestikasi hewan

Dilansir dari Science Alert, Sabtu (28/10/2023) untuk pertama kalinya para ilmuwan menemukan bukti langsung bahwa domestikasi dan peternakan hewan ternak terjadi bersamaan dengan meningkatnya penyakit yang ditularkan melalui hewan.

Misalnya saja wabah pes dan demam kambuhan yang ditularkan melalui kutu.

Para arkeolog telah lama menduga bahwa ketika para pemburu-pengumpul nomaden di Eurasia mulai menetap di komunitas penggembala yang besar sekitar 12.000 tahun yang lalu, risiko perpindahan patogen dari hewan ke manusia akan meningkat.

Kemajuan terkini dalam analisis DNA purba akhirnya memungkinkan para ahli untuk menguji hipotesis tersebut.

Mereka memilah 405 miliar rangkaian DNA yang dikumpulkan dari 1313 sisa-sisa manusia purba dari seluruh Eurasia dan mengidentifikasi banyak gen mikroba.

Hasil penelitian mengungkap sebagian besar mikroba berasal dari sumber ekstrenal yaitu hewan.

Baca juga: Sejak Kapan Manusia Mulai Bertani?

Namun, menurut peneliti, patogen yang menyebar ke manusia melalui hewan atau sebaliknya (zoonosis) baru terdeteksi sekitar 6.500 tahun yang lalu. Contohnya saja, bakteri penyebab wabah yang hidup pada hewan pengerat kecil dan kutu.

Sejak saat itu, DNA mikroba zoonosis secara konsisten terdeteksi dalam genom sisa-sisa manusia purba yang diteliti.

"Hasil kami memberikan bukti langsung pertama mengenai transisi epidemiologi dari peningkatan beban penyakit menular zoonosis setelah dimulainya pertanian," ungkap ahli geogenetik Martin Sikora di Universitas Kopenhagen.

Faktor lain penyebaran zoonosis

Akan tetapi, peningkatan penyakit zoonosis bukan semata-mata akibat interaksi langsung antara manusia dan hewan.

Hal ini juga dapat disebabkan oleh fakta bahwa populasi makin padat, kebersihan menurun, dan hama seperti hewan pengerat, kutu, dan caplak yang meningkat.

Saat ini penyakit zoonosis mencakup lebih dari 60 persen penyakit menular baru yang muncul.

Namun, ribuan tahun yang lalu, mikroba seperti ini merupakan pengalaman baru bagi manusia.

"Temuan memberikan bukti kuat bahwa perubahan besar dalam gaya hidup mnausia ribuan tahun yang lalu pada akhirnya menyebabkan peningkatan penyakit menular zoonosis yang berdampak pada kesehatan dan sejarah manusia global selama ribuan tahun dan berlanjut hingga saat ini," tulis peneliti dalam makalah mereka.

Baca juga: Sejak Kapan Kucing Didomestikasi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com