Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Cara Baru Kendalikan Polusi Udara dari Sektor Industri

Kompas.com - 11/09/2023, 08:00 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sektor industri adalah salah satu penyumbang terbesar polusi udara dari gas karbon dioksida.

Melihat kondisi polusi udara dunia yang kian mengkhawatirkan, bagaimana selama ini para pelaku industri mengatasi hal ini? Lalu, apakah cara ini masih efektif untuk terus diterapkan?

Baca juga: Sejak Kapan Revolusi Industri Dimulai dan Mempengaruhi Dunia?

Metode yang dilakukan untuk mengurangi polusi selama ini

Selama ini, salah satu cara untuk mengurangi polusi gas karbon dioksida (CO2) dari sektor industri adalah metode carbon capture and storage atau penangkapan dan penyimpanan karbon.

Metode ini menyerap gas CO2 limbah industri, sehingga gas CO2 yang ditangkap dapat disimpan dan tidak menjadi polusi. Agen penyerap yang umum digunakan adalah senyawa kimia amina yang dapat berikatan dengan molekul CO2.

Sayangnya, penerapan metode ini membutuhkan peralatan dengan energi yang cukup besar dan mahal sehingga belum bisa digunakan secara masif pada keseluruhan sektor industri.

Cara baru menangkap gas CO2

Pada akhir Agustus 2023 lalu, sekelompok peneliti dari Massachusets Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat mengungkap adanya cara alternatif untuk menerapkan metode ini.

Penangkapan limbah gas CO2 dari industri dapat dilakukan menggunakan energi terbarukan, yakni energi listrik melalui sel elektrokimia.

Sel elektrokimia merupakan sebuah rangkaian alat yang berisi zat-zat kimia yang dapat dipicu untuk bereaksi menggunakan listrik ataupun menghasilkan listrik. Reaksi dari zat-zat kimia ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai penyerap gas CO2.

Baca juga: Apa Itu PM2,5 yang Selalu Dikaitkan dengan Polusi Udara?

Dilansir dari American Chemical Society, Rabu (30/8/2023), tim peneliti yang dipimpin Betar M. Gallant, profesor dari Departemen Teknik Mesin MIT, menyampaikan gas CO2 dapat ditangkap oleh sel elektrokimia yang terbuat dari senyawa amina cair dalam pelarut dimetil sulfoksida.

Sel elektrokimia ini akan bereaksi ketika dialiri listrik, sehingga senyawa amina tersebut dapat bereaksi dan menangkap gas CO2. Lalu, aliran listrik pada sel elektrokimia akan dihentikan dan senyawa amina akan memutus ikatan dengan gas CO2.

Gas CO2 disimpan agar tak jadi polusi

Selanjutnya, gas CO2 dapat dilepas pada disimpan sehingga tidak terlepas menjadi polusi di atmosfer.

Adapun penyimpanan gas CO2 ini dapat dilakukan dengan dua cara. Dilansir dari laman resmi British Geological Survey, gas CO2 hasil penangkapan karbon dapat disimpan di bawah tanah ataupun disimpan melalui metode karbonasi mineral.

Pada metode tersebut, gas CO2 yang ditangkap akan direaksikan dengan mineral-mineral alam sehingga dapat membentuk batuan alami.

Lebih hemat energi

Bukan hanya mengatasi dan mengendalikan polusi karbon dioksida dari sektor industri, prototipe dari alat ini juga menunjukkan energi yang diperlukan lebih sedikit. Artinya, alat ini lebih hemat energi.

Baca juga: Apakah Polusi Udara Jadi Penyebab Langit Jakarta Abu-abu?

Gallant dan tim menyebutkan hampir 95 persen kapasitas sel elektrokimia pada prototipe yang dibuat bertahan setelah diuji dalam jangka panjang dengan mengulang-ulang siklus penangkapan dan pelepasan gas CO2.

Selain itu, diketahui bahwa prototipe ini menghabiskan energi yang lebih sedikit daripada teknologi penangkapan karbon dengan energi berbasis panas.

Timnya yakin bahwa sel elektrokimia ini dapat dikembangkan untuk penerapan teknologi penangkapan karbon yang berkelanjutan dan lebih praktis bagi industri.

Dengan demikian, teknologi penangkapan karbon dapat efektif dan masif digunakan untuk mengurangi polusi CO2 dari sektor industri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com