KOMPAS.com - Ular dikenal sebagai salah satu hewan yang mampu menyuntikkan bisa atau racun ke tubuh mangsa melalui taringnya.
Dan di antara ular lainnya, ada satu spesies yang memiliki taring terpanjang di dunia.
Baca juga: Mengapa Ular Tak Berkaki? Ilmuwan Temukan Jawabannya
Ular ini adalah Gaboon viper (Bitis gabonica).
Mengutip Science Alert, Minggu (6/8/2023) Gabon viper punya taring sepanjang 5 sentimeter. Itu adalah yang terpanjang dari semua ular di Bumi.
Beberapa peneliti menduga G.viper mengembangkan taringnya yang sangat panjang supaya dapat makan mamalia dengan lebih baik.
Dengan ukuran taring tersebut, tidak heran jika G.viper menjadi predator yang menakutkan bagi mahluk hutan, baik berukuran besar maupun kecil.
Berat G.viper bisa mencapai 20 kilogram dan panjang kira-kira 1,8 meter. Kendati ukuran tubuhnya yang cukup besar, ular ini sangat bagus dalam menyergap mangsanya.
Baca juga: Berapa Lama Kita Bisa Pulih Setelah Digigit Ular?
Kepalanya memiliki lebar 15 sentimeter dan berpola seperti daun sehingga dapat menipu katak, ayam guinea, tikus, atau mangsa darat lain.
Hanya dalam satu detik, ular juga bisa melompat sejauh enam meter.
Tidak hanya soal kecepatan serangannya saja, setelah menyuntikkan racun G.viper akan bergantung pada mangsanya sampai benar-benar mati.
Hal itu memungkinkan ular untuk menyuntikkan racun dalam jumlah yang luar biasa, hingga 2.400 miligram racun kering dan 9,7 mililiter racun basah.
Ular G.viper secara teoritis dapat menghasilkan racun yang cukup untuk membunuh enam manusia sekaligus.
Tetapi ular tersebut jarang menyerang manusia. Dan bahkan ketika terjadi insiden penyerangan, sudah tersedia penawarnya.
Biasanya G.viper hanya mendesis pada manusia untuk membuat kita pergi.
Namun berbeda di alam liar, G.viper sangat ditakuti di hutan Afrika sehingga beberapa hewan bahkan mencoba menirunya demi keamanan.
Baca juga: Mengapa Ular Berganti Kulit secara Berkala?
Pada tahun 2019, ilmuwan menemukan bukti bahwa kodok raksasa Kongo (Amietophrynus superciliaris) meniru penampilan dan suara ular berbisa untuk menghindari dimangsa.
"Mengingat ukurannya yang relatif besar dan karena nilai kalori kodok dibandingkan dengan spesies lain, itu akan menjadi mangsa yang menggoda untuk berbagai macam predator generalis, termasuk primata dan mamalia lain, kadal, ular, dan burung," jelas ahli herpetologi Kongo, Chifundera Kusamba.
Saat didekati predator kodok akan mendesis seperti G.viper, yang akhirnya membuatnya terhindar dari sergapan pemangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.