Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Waspadai Longsor Saat Hujan Lebih dari 3 Hari Berturut-turut

Kompas.com - 06/03/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Beny Harjadi*

SAAT hujan turun terus menerus di musim hujan jangan sampai lengah hanya memperhatikan daerah yang terkena bencana banjir saja.

Baca juga: 6 Faktor Penyebab Tanah Longsor

Sebab ada bencana yang sering banyak memakan korban pada saat hujan turun terus menerus lebih 3 hari berturut-turut seperti yang pernah terjadi di Banjarnegara Dusun Jemblung (Sampang) tahun 2014 dan longsor yang terjadi pada tahun 2006 di Dusun Sijeruk (Banajrmangu), masing-masing memakan korban meninggal lebih dari 100 orang.

Dalam hal ini memang untuk curah hujan yang lebih dari 300 mm selama 3 hari berturut-turut sebagai salah pemicu terjadinya longsor. Faktor pemicu longsor yang lain seperti gempa bumi pada tahun 2006 menyebabkan longsor di Desa Sijeruk Banjarnegara.

Begitu juga pada saat ini selama bulan Februari ada hujan yang turun terus menerus telah berdampak terjadinya longsor di 21 titik di Indonesia yaitu ada di Aceh Besar, Naga Raya, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Bogor, Sukabumi, Cilacap, Banyumas, Wonogiri, Temanggung, Pekalongan, Pacitan, Blitar, Nganjuk, Magetan, Jembrana, Toraja Utara, dan Mamasa (BNPB, 2023).

Adapun yang baru saja terjadi di bulan Februari sekitar Solo yaitu di Dusun Gondosuli, Kec. Tawangmangu, Karanganyar, dan Desa Pucung, Kec. Kismantoro, Wonogiri, serta di Desa Selo, Kec. Selo, Boyolali.

Beberapa faktor karakteristik lahan yang rentan longsor sebaiknya disosialisasikan dan perlu difahami oleh masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan atau di pegunungan.

Upaya mitigasi dengan mengenal beberapa faktor biofisik lahan yang rentan longsor antara lain: kemiringan lereng > 45 persen, kedalaman regolit >5 m, tekstur tanah liat, sesar, adanya rekahan tanah, dan biasanya memiliki warna tanah merah.

Baca juga: Apa Itu Mudflow dan Perbedaannya dengan Tanah Longsor

Disamping mengenal sifat biofisik lahan yang rentan longsor juga kearifan lokal yang biasa ditandai oleh masyarakat yang pernah tertimpa longsor perlu juga disampaikan pada masyarakat luas, seperti adanya suara gemuruh karena gerakan tanah meluncur ke bawah, biasanya juga diawali dari beberapa hewan yang keluar dari tanah, serta hujan dengan intensitas yang tinggi berturut-turut selama 3 hari.

Upaya mitigasi dengan melatih masyarakat di desa tangguh bencana (Destana) sangat penting untuk mencegah jatuhnya korban jiwa meninggal. Karena biasanya jika tidak ada latihan tangguh bencana, maka pada saat kejadian longsor datang masyarakat jadi panik untuk menyelamatkan diri.

Padahal kejadian longsor biasa datang tiba-tiba menunggu saat manusia lengah seperti di Sijemblung terjadi menjelang maghrib, sedangkan di Sijeruk terjadi menjelang sholat subuh. Sebenarnya, masyarakat di dua desa tersebut sudah berjaga-jaga di luar rumah, tapi karena dirasa sudah aman maka akhirnya mereka pada kembali masuk rumah.

Pada saat lengah karena sebelumnya berada di luar rumah kecapaian akhirnya pada istirahat dan pada saat itu juga maka justru longsor terjadi secara tiba-tiba. Di saat lengah tersebut dan merasa sudah aman akhirnya mereka menjadi korban longsor dan tidak sempat menyelamatkan diri lagi.

Sehingga pemahaman akan pentingnya mengenal daerahnya yang rentan terhadap longsor dengan ciri-ciri diatas sangat diperlukan untuk diketahui masyarakat secara luas.

Kejadian bencana apapun termasuk longsor biasanya hanya mulai konsolidasi dengan sigap dan gerak cepat pada saat terjadinya bencana saja.

Baca juga: Pengertian Banjir dan Tanah Longsor, beserta Penyebabnya

Namun kadang kita sering lengah pada saat prabencana dan pascabencana, karena beberapa pihak biasanya tidak peduli dengan pencegahan sebelum terjadi dan penanganan perbaikan setelah terjadi longsor.

Para pihak dari Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat luas hanya akan bergerak untuk membantu pada saat bencana longsor terjadi.

Setelah terjadi longsor dengan segala bantuan yang telah mengalir, akhirnya mereka pergi dan tidak memikirkan bagaimana lahan tersebut harus diperbaiki agar dapat diolah atau dikelola kembali oleh pemilik lahan.

Apalagi saat sebelum terjadi longsor sering mereka tidak peduli dan tidak ada upaya pencegahan seperti longsor rock fall di Tawangmangu yang seharusnya dibuat teras batu agar tidak terjadi longsor lagi, namun tetap dibiarkan tanpa ada teras.

Beny Harjadi
Peneliti Ahli Utama
Pusat Riset Kebencanaan Geologi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com