Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Panik, Kenali Bedanya Cacar Monyet dengan Cacar Air

Kompas.com - 19/06/2022, 12:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CDC,WHO

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengonfirmasi bahwa kasus yang sebelumnya disebutkan sebagai suspek cacar monyet atau monkeypox di Singkawang, Kalimantan Barat, hasilnya negatif.

Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sekaligus Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menegaskan, suspek kasus cacar monyet telah terkonfirmasi negatif.

“Sudah dikonfirmasi. Kasus yang di Singkawang bukan (cacar monyet). Tapi cacar air,” kata Syahril saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/6/2022).

Baca juga: Remaja di Singkawang Suspek Cacar Monyet, Apa Kriterianya?

Beda cacar monyet dengan cacar air

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menuliskan, gejala cacar monyet dan cacar pada manusia hampir mirip, tetapi gejala cacar monyet lebih ringan dibandingkan gejala cacar.

Perbedaan utama gejalanya, cacar monyet menyebabkan kelenjar getah bening membengkak (limfadenopati), sedangkan cacar air tidak.

Penyakit cacar monyet disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. 

Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Mayoritas orang yang terinfeksi virus monkeypox memiliki perjalanan penyakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa adanya terapi khusus.

Tapi, prognosis cacar monyet tergantung beberapa faktor seperti riwayat vaksinasi, status kesehatan awal, dan komorbiditas.

Beberapa orang yang harus dipertimbangkan mendapatkan perawatan termasuk orang dengan penyakit parah seperti penyakit hemoragik, lesi konfluen, sepsis, ensefalitis, atau kondisi lain yang memerlukan rawat inap.

Lebih lanjut, kelompok yang mungkin berisiko tinggi terkena penyakit parah sebagai berikut:

  • Orang dengan immunocompromise misalnya infeksi HIV/AIDS, leukimia, limfoma, transplantasi organ, terapi agen alkilasi, antimetabolit, radiasi, penghambat faktor nekrosis tumor, kortikosteroid dosis tinggi, hingga penyakit autoimun.
  • Populasi anak-anak terutama kurang dari 8 tahun
  • Wanita hamil atau menyusui
  • Orang dengan satu atau lebih komplikasi misalnya infeksi kulit bakteri sekunder, gastroenteritis dengan mual/muntah yang parah, diare, dehidrasi, bronkopneumonia, dan penyakit penyerta.

Selain itu, orang dengan infeksi menyimpang virus monkeypox yang mencakup implantasi di mata, mulut, atau area anatomi lainnya, di mana infeksi kemungkinan menjadi berbahaya, termasuk dipertimbangkan untuk mendapatkan perawatan.

Baca juga: Kemenkes Tegaskan Remaja di Singkawang Bukan Cacar Monyet

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com