Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Tebing di Danau Furnas Brasil Runtuh, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Kompas.com - 11/01/2022, 16:03 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah tebing di Danau Furnas, Calitolio negara bagian Minas Gerais, Brasil runtuh dan menimpa wisatawan yang tengah menaiki speedboat pada 8 Januari 2022.

Tebing tepi danau itu sebelumnya tampak kokoh menjulang tinggi, tiba-tiba roboh dan menimpa perahu yang memuat sejumlah penumpang.

Akibat peristiwa tersebut, sebanyak 7 orang tewas dan 32 orang dirawat di rumah sakit. Selain itu, beberapa orang lain masih dinyatakan hilang.

Peristiwa ini sempat ramai diperbincangkan di media sosial Twitter, berikut salah satu unggahannya:

Baca juga: 6 Prediksi BMKG Terkait Musim dan Iklim di Indonesia Sepanjang Tahun 2022

Penjelasan BMKG

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan, peristiwa runtuhnya tebing danau atau pantai dapat terjadi di mana saja, termasuk Indonesia.

“Selama tebing mengalami ketidakstabilan lereng kemudian ada gaya pemicu maka runtuhan dan longsoran dapat terjadi,” ujar Daryono kepada Kompas.com, Selasa (11/1/2022).

Ia menambahkan, peristiwa runtuhnya tebing di tepi Danau Furnas di Calitolio sebenarnya fenomena biasa yang bisa terjadi kapan pun.

Berdasarkan proses longsornya, longsoran dibedakan dalam beberapa macam. Untuk yang terjadi di Danau Furnas merupakan jenis flexural toppling failure.

“Kita mengenalnya sebagai longsoran guling (toppling failure). Longsoran ini terjadi pada lereng batuan dengan kemiringan bidang lemah yang berlawanan arah terhadap kemiringan lereng,” jelas Daryono.

Baca juga: Penyebab Cuaca Dingin Belakangan Ini Bukan Aphelion, Ini Kata BMKG

Biasanya, lanjut dia, longsoran terjadi pada batuan keras dengan struktur lemahnya berbentuk kolom atau kekar-kekar vertikal.

Flexural toppling merupakan jenis longsoran guling setelah mengalami lenturan. Keruntuhan lentur ini sering terjadi pada lereng, baik lereng buatan maupun lereng alami dengan struktur perlapisan anticlinal.

Adapun ketidakstabilan lereng pemicu longsoran dan runtuhan dapat disebabkan berbagai faktor seperti kesalahan dalam mendesain geometri front atau lereng, misalnya di daerah tambang yaitu ketinggian dan kemiringan lereng, pengaruh air baik air tanah maupun air hujan, jenis batuan, sifat fisik dan mekanik batuan.

“Kecelakaan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan lereng akan berdampak kepada mereka yang berada di tepi lereng atau tebing dan lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan kerugian harta dan jiwa,” tegas Daryono.

Baca juga: Daftar 20 Daerah Berpotensi Alami Peningkatan Curah Hujan pada 9-15 Januari

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com