KOMPAS.com - Sejak Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada akhir November 2021 lalu, varian ini telah menyebar dengan sangat cepat ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Varian B.1.1.529 ini pun telah memicu lonjakan infeksi di beberapa negara di Eropa.
Oleh karenanya, para ilmuwan di seluruh dunia berlomba-lomba untuk memahami varian Omicron agar dapat mencegah lebih banyak orang terpapar varian virus baru.
Berikut sederet fakta varian Omicron yang telah didapatkan oleh para ilmuwan, dilansir dari The Guardian, Jumat (31/12/2021).
Telah diketahui bahwa Omicron sangat mudah menular, khususnya bagi mereka yang belum divaksinasi lengkap, serta kelompok berisiko.
Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), saat ini Omicron lebih mendominasi dibandingkan varian Delta di Inggris.
Pihaknya mengatakan, bahwa varian tersebut dapat menghindari kekebalan yang dibentuk oleh vaksin. Selain itu, mutasi dari varian Omicron dinilai berkontribusi dalam tingkat penularannya yang tinggi.
Di samping itu, berdasarkan laporan terbaru dari Kantor Statistik Nasional, sekitar satu dari 25 orang di Inggris telah terpapar Covid-19 dalam waktu satu pekan saja.
Baca juga: Omicron Bisa Sebabkan Tsunami Long Covid, Ini Saran Epidemiolog
Beberapa studi menunjukkan, bahwa varian Omicron memiliki kemampuan substansial untuk menghindari respons imun yang dibentuk vaksin Covid-19.
Menurut data terbaru UKHSA, dua dosis vaksin AstraZeneca hanya memberikan sedikit perlindungan terhadap infeksi simtomatik atau bergejala.
Sementara, penyuntikan dosis kedua vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna setelah 20 minggu hanya memberikan perlindungan terhadap Omicron sekitar 10 persen.
Akan tetapi, para ahli meyakini bahwa vaksin booster atau dosis ketiga dapat meningkatkan perlindungan sekitar 65 sampai 75 persen. Setelah 3 bulan vaksinasi dilakukan, efektivitasnya turun menjadi 40 hingga 50 persen.
Di sisi lain, data dari perusahaan asuransi Discovery Health dan Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan telah menemukan vaksinasi lengkap 70 persen mencegah komplikasi parah akibat Covid-19.
Kemudian, penelitian yang dilakukan Imperial College London menunjukkan efektivitas vaksin booster untuk mencegah rawat inap mencapai 80 persen.
Temuan serupa juga didapatkan dari UKHSA di mana efektivitas vaksin mencapai 88 persen dalam dua pekan setelah dosis vaksin booster diberikan.
Baca juga: Apakah Dibutuhkan Vaksin Dosis Keempat untuk Lawan Varian Omicron? Ini Kata Ahli