KOMPAS.com - Kasus Omicron di banyak negara di dunia melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron ini dapat menyebabkan fasilitas kesehatan kewalahan.
Meskipun laporan awal menyebut varian Omicron hanya menyebabkan penyakit yang ringan, tetapi varian virus baru ini sangat mudah menular. WHO menegaskan agar masyarakat tidak terlena dengan temuan tersebut.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (29/12/2021) Manajer Insiden Covid WHO Eropa, Catherine Smallwood mengatakan perkembangan virus Omicron yang cepat ini tetap akan meningkatkan kasus rawat inap di rumah sakit.
"Terutama di antara kelompok yang tidak divaksinasi, dan akan menyebabkan gangguan besar pada sistem kesehatan serta layanan penting lainnya," ujar Smallwood.
Pasalnya, varian Omicron mendorong lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara di Eropa.
Belanda dan Swiss melaporkan bahwa varian Omicron sekarang telah menjadi strain dominan di negara mereka dibandingkan varian Delta, dan memicu lonjakan kasus Covid-19 di kedua negara itu.
Sejauh ini, Inggris mencatat rekor terbaru dengan hampir 130.000 kasus sehari, sedangkan Portugal melaporkan 18.000 kasus.
Sementara, Perancis mencatat 180.000 kasus dalam waktu 24 jam, dan Yunani melaporkan rekor harian baru 21.657 kasus terkait dengan peningkatan kasus varian Omicron.
Di sisi lain, WHO menyoroti penurunan kasus sebanyak 29 persen di Afrika Selatan, negara yang pertama kali mengidentifikasikan varian Omicron pada 24 November 2021 lalu.
Data awal mencatat adanya penurunan kasus rawat inap akibat varian Omicron di Inggris, Afrika Selatan dan Denmark yang saat ini memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia.
Akan tetapi, data yang lebih lengkap diperlukan untuk memahami dampak lonjakan kasus Covid varian Omicron pada fasilitas kesehatan, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanik, dan risiko kematian.
Baca juga: WHO: Varian Omicron Dilaporkan Sudah Menyebar di 77 Negara