Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pandemi, PBB Nilai Covid-19 Memperburuk Vaksinasi Anak di Dunia

Kompas.com - 16/07/2021, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NPR

KOMPAS.com - Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, hampir 23 juta anak di seluruh dunia melewatkan vaksinasi wajib karena gangguan layanan kesehatan akibat pandemi.

Analisis terbaru yang dirilis Kamis (15/7/2021) menyoroti data dari seluruh dunia.

Kedua organisasi tersebut mengatakan tingkat imunisasi di kalangan anak-anak turun di banyak negara Asia dan Timur Tengah.

Negara yang paling banyak melewatkan vaksin untuk anak-anak selama pandemi tahun lalu adalah India.

Baca juga: 6 Fakta Vaksin Pfizer, dari Efikasi 100 Persen hingga Efek Samping

Dari 2019 hingga 2020, negara tersebut mewakili peningkatan terbesar pada anak-anak yang tidak menerima vaksin pertama untuk difteri, tetanus, dan pertusis (DTP).

Pada tahun 2020, India melaporkan lebih dari 3 juta anak tidak menerima vaksin DTP pertama mereka. Angka ini naik dari 1,4 juta anak yang tidak mendapatkan suntikan pada 2019.

Masalahnya, tren ini terjadi di seluruh dunia.

Ada peningkatan jumlah anak yang melewatkan dosis vaksin pertama yang penting pada tahun 2020 secara global, dengan jutaan anak lainnya juga kehilangan vaksin berikutnya.

Anak-anak biasanya menerima dosis pertama vaksin DTP ketika mereka berusia di bawah 7 tahun. Dosis pertama vaksin campak biasanya diterima anak antara usia 12 dan 15 bulan.

Dilansir dari NPR, Kamis (16/7/2021), WHO mengatakan bahwa jumlah peningkatan anak-anak yang tidak divaksin adalah dampak nyata pandemi Covid-19, bahkan pada layanan kesehatan yang menyediakan vaksin dan pemeriksaan rutin, serta penjangkauan imunisasi di seluruh dunia.

Dampak terburuknya adalah pada anak-anak yang tinggal di daerah rawan konflik, tempat terpencil, atau di daerah kumuh. Area tersebut sulit mendapat akses ke layanan kesehatan dan layanan sosial dasar.

WHO dan UNICEF mengatakan, sekitar 17 juta anak yang tinggal di daerah sulit akses layanan kesehatan kemungkinan tidak menerima satu vaksin pun sepanjang tahun 2020.

"Covid-19 telah membuat situasi buruk menjadi lebih buruk," kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com