Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Alat Bantu Pernapasan HFNC untuk Pasien Covid-19

Kompas.com - 30/06/2021, 10:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ilmuwan Indonesia sudah mengembangkan alat bantu pernapasan High Flow Nasal Cannula (HFNC) untuk membantu penanganan pasien Covid-19.

Adalah tim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Indonesia (UI) yang mengembangkan alat HFNC.

LIPI berhasil mengembangkan alat yang diberi nama Gerlink LIPI High Flow Nasal Cannula-01 (GLP HFNC-01) pada Juni 2020. Sementara UI berhasil mengembangkan HFNC pada Januari 2021.

Pada dasarnya, HFNC yang dikembangkan LIPI maupun UI bertujuan untuk membantu pasien Covid-19 tahap awal.

Baca juga: LIPI Ciptakan Alat Terapi Oksigen Aliran Tinggi untuk Pasien Covid-19

HFNC yang dikembangkan LIPI

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono menyatakan, GLP HFNC-01 dimaksudkan membantu layanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan alat yang dapat membantu menangani gangguan pernafasan pada pasien Covid-19.

"Alat yang juga dikenal sebagai High Flow Nasal Cannula (HFNC) adalah yang pertama berhasil lolos uji dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Rabu (17/6/2020).

LIPI melakukan riset untuk inovasi ini sejak April 2020, yang kemudian berhasil menghasilkan produk nasal cannula atau alat bantu pernafasan untuk menyalurkan oksigen melalui selang yang bening transparan dan lentur.

Ketua Kelompok Penelitian Otomasi Industri Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra, menyatakan secara teknis sistem kerja alat ini adalah aliran tinggi menggunakan sistem tabung venturi yang berbasis pada penyempitan aliran masuk.

Menurutnya, alat ini sangat berguna untuk pasien positif Covid-19, maupun yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), sebagai bantuan tahap awal jika pasien masih dalam kondisi dapat bernafas sendiri.

"Alat ini mencegah pasien tidak sampai gagal nafas dan tidak harus diinkubasi menggunakan ventilator invasif,” kata Hendri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com