Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Rokok Elektrik, Berpotensi Merusak Perkembangan Otak

Kompas.com - 29/04/2021, 19:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Saat ini, rokok elektrik telah beredar luas di pasaran. Ia tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Sebagian besar rokok elektrik memiliki baterai, elemen pemanas, dan tempat menyimpan cairan.

Rokok elektrik menghasilkan aerosol dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lain.

Sebuah studi CDC baru-baru ini menemukan bahwa 99 persen rokok elektrik yang dijual di Amerika Serikat (AS) mengandung nikotin.

Beberapa label rokok elektrik tidak mencantumkan keterangan bahwa rokok tersebut mengandung nikotin.

Baca juga: Sama Bahayanya dengan Rokok Biasa, Ini 3 Penyakit Paru akibat Vape

Bahkan, beberapa rokok elektrik yang dipasarkan dengan klaim 0 persen nikotin ternyata tetap mengandung nikotin.

Penggunaan nikotin ini tentu berdampak buruk bagi kesehatan. Bagi remaja, nikotin dapat merusak bagian otak yang mengontrol fokus, suasana hati, dan kontrol impuls.

Menggunakan nikotin di usia remaja juga dapat meningkatkan risiko kecanduan obat lain di masa mendatang.

Agar lebih waspada akan risiko penyakit, berikut adalah bahaya yang mungkin ditimbulkan rokok elektrik, dilansir dari Harvard Health Publishing, 10 Desember 2019.

1. Nikotin yang sangat adiktif dapat memengaruhi perkembangan otak dan berpotensi membahayakan remaja dan dewasa.

Baca juga: Ahli Desak Pemerintah Perbesar Gambar Peringatan di Bungkus Rokok

2. Beberapa zat kimia yang ditemukan dalam uap rokok elektrik dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.

3. Risiko ledakan dan luka bakar akibat baterai rokok elektrik yang rusak saat mengisi ulang.

4. Paparan cairan yang tidak disengaja dari rokok elektrik menyebabkan keracunan akut nikotin pada anak-anak hingga orang dewasa.

5. Rokok elektrik membahayakan janin yang sedang berkembang.

Di samping itu, beberapa kandungan dalam aerosol yang dihasilkan rokok elektrik juga bisa berbahaya bagi paru-paru dalam jangka panjang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com