KOMPAS.com - Satelit kita memiliki beberapa nama sesuai dengan fenomena yang sedang terjadi. Mulai dari Bulan Biru, Strawberry Moon, Supermoon, Bulan Salju, hingga Bulan Darah.
Namun, pemandangan Bulan purnama yang paling indah yang pernah dilihat ilmuwan sejauh ini tak memiliki nama.
Hal ini mungkin karena itu bukan indikasi suatu peristiwa, tapi bagaimana kita memandang bulan.
Kalau dilihat dengan mata telanjang, Anda tak akan pernah melihat pemandangan Bulan pelangi mirip gelembung sabun seperti gambar di atas.
Pasalnya, gambar ini dapat ditangkap Australian Square Kilometer Array Pathfinder (ASKAP), rangkaian teleskop radio yang sangat kuat yang terletak di gurun Australia Barat.
Baca juga: NASA Paparkan Tujuan Misi Astronot Artemis III ke Bulan 2024
Kita tidak akan bisa melihat gelombang radio dengan mata telanjang.
Namun jika kita menangkap gelombang radio yang dipancarkan Bulan, gambaran yang sangat berbeda dan menarik akan kita dapatkan.
Dilansir Science Alert, Jumat (11/12/2020), gambar seperti di atas dapat muncul karena Bulan tidak efisien dalam memantulkan cahaya.
Bulan hanya memantulkan sekitar 6 persen dari gelombang radio yang dapat menjangkau itu.
Sebagian besar gelombang radio diserap dan dipancarkan kembali sebagai radiasi benda hitam, sesuai dengan suhu Bulan.
Gambar Bulan di bawah ini, misalnya, diambil oleh Teleskop 42,67 meter Observatorium Astronomi Radio Nasional di Green Bank, Virginia Barat.
Matahari berada di sebelah kiri Bulan pada saat itu. Inilah sebabnya sisi tersebut memancarkan radiasi yang lebih panas.
Apa yang dilakukan ASKAP secara berbeda adalah mendeteksi polarisasi, atau orientasi, gelombang radio yang dipantulkan.
Baca juga: Wahana Antariksa China Kirim Foto Berwarna dari Bulan, Begini Rupanya
Saat gelombang radio memantul dari suatu permukaan, mereka mengubah orientasi.
Sudut polarisasi akan tergantung pada sudut permukaan gelombang radio yang memantul.
Karena Bulan adalah bola, sudut polarisasi berubah di seluruh permukaan yang terlihat.
"Efek keseluruhannya adalah bahwa orientasi polarisasi akan selalu mengarah ke pusat Bulan, dengan intensitas terbesar di bagian ekstremitas - bagian Bulan adalah tepi luar Bulan yang terlihat," jelas ilmuwan peneliti senior Emil Lenc dari CSIRO Australia.
"Karena warna digunakan untuk mewakili orientasi polarisasi pada gambar di atas, kami melihat ini sebagai efek pelangi di sepanjang dahan bulan, dengan sisi berlawanan dari Bulan memiliki warna yang sama.
"Karena efeknya paling kuat pada anggota badan, ini memberikan efek 'gelembung sabun' secara keseluruhan."
Bulan kita adalah hal yang sangat indah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.