Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Forest City Malaysia, Dibangun Pengembang China yang Kini Jadi Kota Hantu

Kompas.com - 05/04/2024, 13:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber BBC,unilad

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep kota ramah lingkungan menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama di negara-negara maju.

Namun demikian meski dibangun ramah lingkungan, salah satu kota di Malaysia yang bernama Forest City, justru terbengkalai layaknya kota hantu.

Kota yang berada di daerah pesisir Malaysia ini dibangun atas gagasan Pemerintah China dengan biaya pembangunan mencapai 100 miliar Dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 1.340 triliun (kurs 1 Dolar sama dengan Rp 13.430) pada tahun 2016 silam.

Baca juga: Jauh Sebelum IKN Nusantara, Myanmar Relokasi Ibu Kota yang Jadi Kota Hantu

Kota ini dirancang untuk menampung hingga satu juta orang, lengkap dengan lapangan golf, taman rekreasi air, dan restoran. Namun sayangnya, proyek ini tidak berjalan mulus.

Menurut laman Unilad, baru sekitar 15 persen kawasan Forest City yang sudah dibangun, dan hanya satu persen saja yang sudah ditempati.


Meskipun keadaan saat ini tampak suram, pengembang properti China, Country Garden, optimis bahwa kota tersebut nantinya akan selesai dibangun.

Baca juga: Kota Hantu Kangbashi, Bencana Perkotaan di China

Sayangnya, masalah keuangan yang menimpa Country Garden dan membuat mereka berutang hampir 200 miliar Dolar AS, membuat banyak pihak yang ragu proyek kota ini akan selesai.

Dikutip dari laman BBC, alasan Forest City dibangun untuk menjual properti di Malaysia kepada para pembeli dari China. Ini bisa menjadi properti kedua pembeli.

Namun harga-harga sudah tidak terkendali lagi, karena rumah-rumah di Malaysia kini berada di luar kisaran harga yang mudah dijangkau bagi kebanyakan orang.

Harapan terbaik yang bisa diharapkan oleh penduduk setempat adalah ada seseorang yang membeli rumah di Forest City dan menyewakannya.

Belum lagi pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu membuat pengembang menghentikan proses pembangunan untuk jangka waktu tertentu.

Selain itu, nampaknya masyarakat tidak mau membeli rumah susun, dan hal ini menjadi masalah bagi pengembang.

Salah satu teknisi IT yang pernah tinggal di Forest City, mengaku ia hanya betah tinggal disana selama 6 bulan saja.

Saat berada di sana, ia memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen dengan satu kamar tidur yang menghadap ke laut. Namun ia memutuskan pergi karena suasana dirasa terlalu sepi.

"Saya berhasil melarikan diri dari tempat itu. Saya tidak peduli dengan uang jaminan. Saya hanya harus keluar. Saya merinding saat pulang. Sangat sepi, hanya ada kamu dan pikiranmu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com