Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Batang Sorgum Bisa Hasilkan Gula dan Kecap, Peminatnya Masih Minim

Kompas.com - 20/10/2023, 22:30 WIB
Heru Dahnur ,
Muhdany Yusuf Laksono

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Tanaman sorgum memiliki banyak varian yang bisa diolah sebagai bahan baku makanan.

Salah satunya bagian batang yang bisa diolah menjadi bahan baku gula dan kecap.

Dewan Pakar Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bangka Belitung Deddy Hartady mengatakan, sorgum merupakan tanaman sumber pangan alternatif yang perlu dikembangkan.

Selain biji sorgum, bagian batang sejak lama telah dimanfaatkan untuk bahan baku gula.

"Batang sorgum yang panjangnya rata-rata dua meter mengandung gula. Untuk satu liter cairan gula diperlukan sekitar 10 batang sorgum," kata Deddy saat berbincang dengan Kompas.com di Pangkalpinang, Kamis (19/10/2023).

Deddy menuturkan, produk gula dari batang sorgum juga memiliki banyak varian.

Antara lain bisa dalam bentuk gula pasir, gula aren dan gula cair. Khusus untuk gula cair, sifatnya yang kental sekilas lebih mirip dengan madu.

Baca juga: Bendungan Batujai Salah Satu Titik Pengembangan Sorgum di Indonesia

Sementara untuk pembuatan kecap, kata Deddy, bisa lebih murah karena tidak bergantung dengan pasokan kedelei.

"Saat ini dengan produksi yang terbatas, produk sorgum ini digunakan untuk konsumsi anak autis, autoimun serta mereka yang sedang diet," beber Deddy yang dijuluki jenderal sorgum.

Menurut Deddy, masa panen batang sorgum lebih cepat bila dibandingkan tebu.

Sorgum bisa dipanen dalam waktu 100 hari atau sekitar tiga bulan, sementara tebu membutuhkan waktu delapan bulan.

"Kalau bicara sorgum, semuanya bermanfaat. Bahkan kalau tidak diolah pun bisa jadi pakan ternak yang luar biasa," ujar Deddy.

Bulir biji sorgum hasil penanaman di daerah Balun Ijuk, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (15/10/2023).KOMPAS.com/HERU DAHNUR Bulir biji sorgum hasil penanaman di daerah Balun Ijuk, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (15/10/2023).
Budidaya masih terbatas

Budidaya sorgum di Indonesia, khususnya di Bangka Belitung masih terbatas. Hal itu dikarenakan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang sorgum serta animo masyarakat untuk beralih ke pangan alternatif juga masih minim.

Di Bangka Belitung sendiri, kata Deddy, masyarakat sudah memiliki pertanian tradisional seperti lada. Kemudian ada penambangan yang dianggap lebih cepat menghasilkan uang. Sehingga minat bertani atau mencoba varietas tanaman baru di kalangan masyarakat masih kurang.

"Kalau bicara bentangan alam, Bangka Belitung sebenarnya cocok untuk sorgum, karena banyak lahan kritis bekas penambangan yang harus dipulihkan. Sorgum bisa tumbuh di lahan kering dengan pengairan yang minim," ujar Deddy.

Saat ini penanaman sorgum di Bangka Belitung terus digiatkan. Kerja sama juga dilakukan dengan Universitas Bangka Belitung untuk penanaman di lahan pertanian kampus.

Tanaman yang mirip pohon jagung dan gandum itu juga dikenalkan pada masyarakat sebagai tanaman pekarangan dan kebun dengan luasan setengah sampai satu hektar. KTNA Bangka Belitung juga menjajaki kerja sama dengan Pemkab Bangka Barat dan Bangka Tengah untuk pengembangan sorgum di lahan kritis.

"Harga biji sorgum terendah Rp 5.000 per kilogram. Bagian lainnya juga bisa dimanfaatkan seperti batang untuk pembuatan gula," pungkas Deddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com