Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segudang PR Pemerintah Wujudkan Konsep IKN Nusantara sebagai Smart City

Kompas.com - 19/01/2022, 07:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lama ini, Presiden Joko Widodo menyampaikan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur memiliki tujuan utama, yaitu untuk membangun smart city.

"Ibu kota baru ini bukan semata-mata memindahkan fisik kantor-kantor pemerintahan. Tujuan utama adalah membangun kota baru yang smart," jelas Jokowi pada saat memberikan sambutan di Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, yang disiarkan melalui akun Youtube Kementerian Sekretariat Presiden, Senin (17/1/2022).

Adapun smart city adalah sebuah alat untuk membangun kota menjadi lebih baik melalui penerapan teknologi digital yang bermanfaat serta merata untuk seluruh lapisan masyarakat.

Kendati demikian, bukan berarti apabila sebuah kota telah berinvestasi di infrastruktur digital, lantas dapat langsung disebut sebagai smart city.

Baca juga: IKN Nusantara Diklaim Berkonsep Smart City, Bagaimana Cara Mengukurnya?

“Bukan berarti pula, CCTV dipasang sejumlah 2.000 titik terus jadi cerdas. Cerdas itu dengan CCTV sebanyak 2.000 lalu diukur tingkat kejahatannya berkurang drastis sebesar 50 persen. Nah itu baru benar,” ujar Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Hendricus Andy Simarmata kepada Kompas.com, Selasa (18/1/2022).

Andy menjelaskan, konsep smart city juga mencakup maturity index guna menilai seberapa bijak sebuah kota dalam menggunakan teknologi digital yang dimiliki.

Contohnya dengan melihat seberapa banyak teknologi digital yang digunakan untuk mendukung e-commerce masyarakat atau UMKM beserta pertumbuhannya.

Selain hal itu, terdapat juga enam karakteristik yang harus dipenuhi, menurut European Smart Cities, meliputi smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart living dan smart governance.

Lebih lanjut menurut Andy, Pemerintah memiliki pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan sebelum mewujudkan konsep smart city.

Paling utama adalah memetakan kebutuhan masing-masing kota yang tentunya memiliki ciri khasnya masing-masing.

"Jangan disamaratakan kebutuhan Kota Jakarta dengan IKN Nusantara misalnya," cetus dia.

Selanjutnya adalah mencari teknologi digital apa yang bisa digunakan serta dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Sedangkan untuk caranya, Andy mengatakan, bisa dimulai dengan fokus pada kelebihan dan kekurangan kota serta tingkat kepuasan warganya.

"Termasuk IKN Nusantara ini, jangan semua klaster ekonomi dimasukkan ke situ, jadi seperti tidak tahu kebutuhan utamanya itu apa," kata Andy.

Perbedaan smart city dan livable city

Menurut Andy, konsep smart city erat kaitannya dengan livable city. Kendati demikian, kedua konsep ini memiliki perbedaan.

Livable city atau kota layak huni adalah tujuan dari manusia hidup berkota. Sedangkan smart city merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Kembali lagi, untuk mengukur alat yang digunakan sudah berhasil atau belum, dapat dilihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas kota tersebut dalam menyelenggarakan pelayanan untuk masyarakat melalui maturity index.

"Tapi kalau livability itu membahas mengenai kenyamanan dan ketenangan hidup masyarakat di sebuah kota," pungkas Andy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com