Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Tanaman Ketumpang Air dan Cara Mengolahnya untuk Obat

Kompas.com - 11/03/2022, 08:20 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat gulma atau tanaman liar berbentuk seperti daun sirih berukuran kecil dengan batang agak bening? Jika ya, itu adalah tanaman ketumpang air atau sirih cina (Peperomia pellucida).

Dikutip dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat (11/3/2022), tanaman ketumpang air biasanya seringkali dianggap gulma oleh para petani karena tumbuh di antara tanaman budidaya.

Di Indonesia, tanaman ini memiliki banyak sekali nama lokal, antara lain saladaan (Sunda), rangu-rangu, sladanan, suruhan (Jawa), tumpangan air (Sumatra, Jakarta), gofu goroho (Ternate), dan masih banyak lagi.

Baca juga: Mengenal Ketumpang Air, Gulma yang Jadi Tanaman Obat Berbagai Penyakit

Ilustrasi taman di rumah. PEXELS/ICON0.COM Ilustrasi taman di rumah.

Tanaman ini juga banyak tumbuh di sekitar rumah, di pekarangan rumah, terutama di tempat-tempat yang lembap. Selain itu, tanaman ini banyak juga dijumpai di tanggul sawah dan tepi parit.

Meski dianggap gulma, ternyata tanaman ini memiliki beragam manfaat bagi kesehatan. Ketumpang air bisa dijadikan tanaman obat dan diperbanyak melalui biji.

Ketumpang air adalah tanaman kecil semusim dan berakar dangkal yang mudah ditemukan tumbuh liar di tepi saluran air atau pematang dan taman.

Ukurannya antara 15 sampai 45 cm. Batangnya sekulen atau berair, cerah, berdaging, demikian pula daunnya yang agak tebal tapi lunak.

Baca juga: 5 Tanaman Obat yang Mudah Ditanam di Rumah dan Manfaatnya

Daun sirih cina atau ketumpang air bisa dimakan dengan cara diolah sebagai sayur atau untuk lalapan. Selain itu, daun ketumpang air juga dibuat jus kemudian diminum.

Manfaat ketumpang air

Daun ketumpang air dapat dijadikan tanaman obat karena mengandung berbagai zat yang memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Kandungan kimia dari tumbuhan ini antara lain adalah ikaloid, tannin, kalsium oksalat, lemak dan minyak atsiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com