Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Israel Semakin Terisolasi...

Kompas.com - 06/04/2024, 07:53 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

YERUSALEM, KOMPAS.com - Serangan udara yang menewaskan tujuh staf kelompok bantuan World Central Kitchen (WCK), termasuk enam warga negara asing di Gaza telah membuat Israel semakin terisolasi.

Serangan pada Senin (1/4/2024) malam itu membuat marah beberapa sekutu terdekat Israel, dan menambah tekanan yang semakin meningkat untuk mengakhiri pertempuran.

Militer Israel telah mengakui serangan tersebut dilakukan secara keliru oleh pasukannya meminta maaf atas kematian ketujuh orang tersebut.

Baca juga: Biden: Israel Lakukan Apa yang Saya Minta Terkait Bantuan Gaza

Para pekerja bantuan dari WCK yang meninggal dunia di antaranya adalah warga negara Inggris, Australia, Polandia, warga negara ganda AS-Kanada, dan Palestina.

Namun, penjelasan Israel itu tidak banyak membantu meredakan kekhawatiran di luar negeri.

Nyatanya, opini publik yang berkembang, bahkan di negara-negara yang biasanya bersahabat dengan Israel, seperti Inggris, Jerman, atau Australia, telah menentang kampanye Israel di Gaza.

Presiden Joe Biden, yang mendapat tekanan dari para pendukungnya sendiri untuk mengakhiri pertempuran, mengatakan bahwa ia sangat marah dengan serangan konvoi tersebut.

Pada Kamis (4/4/2024), setelah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Gedung Putih menuntut langkah-langkah konkret dan terukur untuk mengurangi korban sipil dan mengatakan dukungan AS di masa depan akan ditentukan oleh tindakan Israel.

Pada hari Jumat (5/4/2024), Netanyahu dilaporkan memerintahkan pembukaan kembali penyeberangan Erez ke Gaza utara dan penggunaan sementara pelabuhan Ashdod di Israel selatan serta peningkatan akses bantuan Yordania melalui penyeberangan Kerem Shalom di Gaza selatan.

Dengan kondisi Gaza yang hancur, sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya telah dipaksa meninggalkan rumah mereka dan kini bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.

Baca juga: PM Netanyahu Nyatakan Israel Kini Bertindak Melawan Iran

Situasi ini bahkan terjadi di bulan suci ketika umat Islam di seluruh dunia biasanya akan mengonsumsi makanan khas Ramadhan untuk berbuka puasa setelah matahari terbenam.

"Kami memiliki beberapa harapan sebelum Ramadhan, namun harapan itu lenyap pada malam sebelum bulan puasa dimulai," ujar Um Nasser Dahman (33), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Dia kini tinggal bersama keluarganya yang terdiri dari lima orang di sebuah tenda di kota Rafah, tempat di mana lebih dari separuh penduduk Gaza kini berlindung.

"Kami dulu cukup berkecukupan sebelum perang, tetapi kami menjadi tergantung pada bantuan yang terbatas dan kerabat kami," katanya, melalui pesan singkat kepada Reuters.

Bahkan sebelum serangan terhadap konvoi tersebut, Israel telah diisolasi secara diplomatik.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com