Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Penasehat Gedung Putih: Trump Tak Cukup Pintar untuk Jadi Diktator

Kompas.com - 31/03/2024, 11:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang mantan penasihat keamanan nasional di Gedung Putih Donald Trump mengatakan bahwa mantan presiden tersebut tidak cukup pintar untuk memimpin dengan kediktatoran, meskipun Trump mengagumi penguasa seperti itu.

Dalam sebuah wawancara dengan media konservatif Perancis Le Figaro, John Bolton, 75, ditanya apakah Trump memiliki kecenderungan yang mencerminkan diktator seperti yang dia puji sebelumnya. 

Bolton tidak hanya meremehkan kapasitas intelektual Trump, ia juga meremehkan latar belakang profesional mantan presiden tersebut.

Baca juga: Donald Trump Luncurkan Operasi Rahasia CIA untuk Pengaruhi Opini Publik China

“Demi Tuhan, dia adalah seorang pengembang properti!” ujarnya, dilansir dari Reuters.

Bolton, yang kini merupakan kritikus vokal terhadap Trump, menjabat sebagai penasihat keamanan nasional mantan presiden tersebut dari April 2018 hingga September 2019. 

Bolton sebelumnya menjabat sebagai duta besar AS untuk PBB pada masa kepresidenan George W Bush, sehingga ia mengembangkan reputasi sebagai sosok yang agresif dalam kebijakan luar negeri.

Pernyataan Bolton kepada Le Figaro yang menyatakan bahwa Trump tidak cukup pintar untuk menjadi seorang diktator hampir pasti tidak akan berdampak banyak menghilangkan ketakutan politik kiri di dalam atau di luar negeri mengenai kepemimpinan Trump yang kedua.

Bagaimanapun juga, Trump telah menyatakan bahwa ia berencana menjadi seorang diktator, meskipun hanya pada hari pertama masa jabatannya jika ia terpilih kembali.

Sementara itu, menjelang masa jabatan kedua di Gedung Putih, petahana Joe Biden telah memperingatkan bahwa Trump, satu-satunya pesaing yang tersisa untuk nominasi Partai Republik, bertekad untuk menghancurkan demokrasi Amerika.

Trump baru-baru ini memperkuat argumen tersebut dengan menjamu perdana menteri Hongaria yang otokratis, Viktor Orban, di perkebunan Mar-a-Lago di Florida.

Baca juga: Trump atau Biden, Siapa yang Lebih Disukai Warga China?

Trump, lebih lanjut, diketahui banyak memuji para pemimpin yang dianggap menentang cita-cita demokrasi dan kepentingan kebijakan luar negeri AS, termasuk Kim Jong-un dari Korea Utara dan Xi Jinping dari China.

Meski begitu, Bolton mengklaim Trump, yang sedang bergulat dengan lebih dari 80 tuntutan pidana serta hukuman perdata bernilai jutaan dollar AS, tidak memiliki filosofi politik koheren yang dibutuhkan oleh para diktator yang efektif. 

Baca juga: Trump Akan Bebaskan Para Perusuh Gedung Capitol jika Menang Pilpres AS 2024

Dia juga mengatakan Trump tidak suka terlibat dalam analisis kebijakan atau pengambilan keputusan seperti yang biasa kita gunakan dalam istilah-istilah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com